Jika ada sebuah teori maupun data yang menyatakan bahwa tidak akan terjadi bencana di suatu tempat tertentu, namun jika Alloh Subhanahu wa Ta’ala berkehendak, maka tetap akan terjadi. Alloh Subhanahu wa Ta’ala lah pengatur alam semesta yang sebenarnya. Bencana alam ini adalah fenomena alam yang dapat dijelaskan oleh ilmu fisika atau ilmu alam. Dengan ilmu tersebut bisa diketahui penyebab fisiknya, atau mungkin bisa diramal kejadiannya dari tanda-tanda dan pola-pola yang ada. Namun ingatlah, jauh dibalik itu semua bahwa yang terjadi di alam ini adalah kekuasan Alloh Subhanahu wa Ta’ala, yang Maha Mengatur Alam Semesta. Ilmu manusia manapun tidak ada yang bisa melawan dan meramal kehendak Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
Maka, seorang Muslim memandang bahwa ketika terjadi bencana alam, setidaknya ada tiga analisa yang sering diajukan untuk mencari penyebab terjadinya bencana tersebut. Pertama; Azab dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala karena banyak dosa yang dilakukan manusia. Kedua; Sebagai ujian dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Ketiga; Sebagai sunnatulloh yang biasa terjadi.
Syirik dan Dosa Sebab Terjadinya Musibah
Ada banyak ayat dalam Al-Qur’an yang menyatakan bahwa terjadinya musibah yang silih berganti menimpa peradaban manusia dari masa ke masa berupa gempa bumi, angin ribut, puting beliung, longsor, banjir bandang, wabah flu burung, flu babi, dan yang terbaru virus Corona serta musibah lainnya yang menimbulkan bahaya bagi para hamba serta menimbulkan berbagai macam penderitaan. Itu semua disebabkan oleh perbuatan syirik, dosa dan maksiat yang diperbuat oleh manusia.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Alloh merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum: 41)
Alloh Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Wahai Manusia, bencana apa saja yang menimpa diri kalian, maka bencana itu adalah hasil kerja tangan-tangan kalian. Namun demikian amat banyak kesalahan-kesalahan kalian yang dimaafkan oleh Alloh.” (QS. Asy-Syura: 30)
Alloh Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,
مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ
“Wahai manusia, apapun nikmat yang kalian peroleh, semuanya datang dari Alloh. Apapun musibah yang menimpa kalian adalah karena kesalahan kalian sendiri.” (QS. An-Nisa: 79)
Alloh Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dalam ayat-ayat tersebut, bahwa perbuatan dosa dan kemaksiatan itu adalah sebagai kerusakan di muka bumi. Maka itulah faktor utama yang menyebabkan terjadinya berbagai musibah. Sebaliknya, jika manusia itu selalu beriman dan bertakwa kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, maka Alloh Subhanahu wa Ta’ala justru akan menurunkan banyak keberkahan dalam kehidupan manusia ini. Seperti yang dijelaskan dalam firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang artinya, “Kalau seandainya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’rof: 96)
Kehancuran Suatu Negeri Akibat Dosa Pebduduknya
Ketahuilah pula, bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala pasti akan membinasakan suatu negeri, jika penduduknya telah banyak melakukan dosa-dosa dan kedurhakaan kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya,
وَإِن مِّن قَرْيَةٍ إِلَّا نَحْنُ مُهْلِكُوهَا قَبْلَ يَوْمِ ٱلْقِيَٰمَةِ أَوْ مُعَذِّبُوهَا عَذَابًا شَدِيدًا كَانَ ذَٰلِكَ فِى ٱلْكِتَٰبِ مَسْطُورًا
“Tak ada suatu negeripun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauhul Mahfuzh).” (QS. Al-Isro’: 58)
Alloh Subhanahu wa Ta’ala juga menceritakan tentang kehancuran umat-umat terdahulu, seperti dalam firman-Nya ,
فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
“Setiap umat yang mendustakan Rosul Alloh pasti Kami adzab karena dosa mereka. Di antara umat yang mendustakan Rasul Alloh, ada yang Kami binasakan dengan angin kencang. Di antara mereka ada yang Kami binasakan dengan petir. Di antara mereka ada yang Kami binasakan dengan ditelan bumi. Di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan hingga binasa. Alloh tidak sedikit pun berlaku zhalim kepada orang-orang kafir. Akan tetapi, orang-orang kafir itu telah berlaku zhalim terhadap diri mereka sendiri.” (QS. Al-Ankabut: 40)
Sikap Seorang Muslim dalam Menghadapi Musibah
Hamba yang beriman kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala tentu akan merenungi secara mendalam ayat-ayat diatas. Bencana yang datang hampir beruntun di negara kita tentunya juga merupakan hasil perbuatan tangan kita. Praktek kesyirikan, kebid’ahan, serta kemungkaran lain yang sudah menjadi tradisi masyarakat modern tumbuh subur di negeri ini bahkan hampir-hampir dikatakan sebagai bagian dari ajaran Islam. Betapa banyak kemaksiatan yang muncul akhir-akhir ini. Baik itu kemaksiatan yang memang sudah dikenal orang awam sebagai suatu keburukan, seperti pembunuhan, perzinaan, atau korupsi yang semakin parah dan merajalela ataupun kemaksiatan yang hanya diketahui oleh orang-orang yang berilmu saja akibat kesamaran yang menutupinya.
Macam-macam musibah dan bencana yang Alloh Subhanahu wa Ta’ala turunkan kepada hamba-hambaNya itu, semuanya adalah tanda-tanda kekuasaan-Nya yang sepantasnya menjadikan kita merasa takut kepada-Nya. Yang dengannya, seharusnya mendorong kita untuk semakin tekun dan bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada-Nya, kita bertaubat dari segala dosa dan maksiat yang kita perbuat dengan menghentikannya dan memperbanyak istighfar. Inilah diantara perkara yang bisa meredam murka Alloh l dan adzab-Nya, sebagaimana firman-Nya ,
“Dan Alloh sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Alloh akan mengazab mereka, sedang mereka beristighfar.” (QS. Al-Anfal: 33)
Ali bin Abi Tholib Rodiyallohu anhu mengatakan,
مَا نُزِّلَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِذَنْبٍ وَلاَ رُفِعَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِتَوْبَةٍ
“Tidaklah musibah tersebut turun melainkan karena dosa. Oleh karena itu, tidaklah bisa musibah tersebut hilang melainkan dengan taubat.” (Al Jawabul Kaafi, hal. 87)
Dari Ibnu Umar Rodiyallohu anhu ia berkata, ‘Kami menghitung dalam satu majelis seratus kali Rosululloh berucap,
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ تَوَّابُ رَحِيْمٌ
“Ya Alloh ampuni aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha penerima taubat dan maha penyayang.” (HR. Abu Dawud dan At-Thirmidzi)
Dan dari Aisyah Rodiyallohu anha ia berkata, “Rosululloh sebelum meninggalnya banyak mengucapkan,
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ أَسْتَغِفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ
“Aku mensucikan Alloh dan memujiNya, Aku beristighfar kepada-Nya dan bertaubat kepada-Nya.” (HR Al-Bukhori dan Muslim)
Semoga kita semua diberi keselamatan, dan selalu mengambil ibroh serta pelajaran dari apapun yang terjadi. Sehingga kita selalu ingat dan kembali kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala.