Tengah hari, pada bulan Romadhon tahun ke-2 Hijriah, kaum Muslimin Madinah yang baru seumur jagung terpaksa harus menghadapi peperangan yang tidak seimbang. Perkiraan awal bahwa mereka hanya akan melawan sekonvoi kafilah dagang Quraisy dengan jumlah tak seberapa. Ternyata dugaan mereka meleset. Abu Sufyan bin Harb yang memimpin batalyon pelindung pada waktu itu, rupanya memutar lewat tepi laut dan meminta bala bantuan dari Mekkah.
Di sebuah lembah bernama Badr, yang berjarak 130 KM dari Madinah, Rosululloh Sholallohu alaihi wa Sallam bersama 312 Sahabat harus berhadapan dengan 1000 lebih pasukan Quraisy. Ketika itu, pasukan Muslimin hanya bersenjata seadanya. Sedangkan kaum kafir Quraisy, bergerak dengan amunisi kuat dan logistik lengkap.
Meski tetap bertahan dan tidak surut ke belakang, namun Rosulloh dan sempat ketar-ketir melihat kekuatan yang tidak seimbang. Berbagai rencana dan strategi perang meskipun telah disiapkan, namun rasa khawatir tetap tidak bisa dihilangkan. Hingga penuh tadhorru ‘, Rosululloh Sholallohu alaihi wa Sallam memberikan dukungan tinggi-tinggi dan berdoa,
اللَّهُمَّ أَنْجِزْ لِيْ مَا وَعَدْتَنِي اللَّهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِيْ اللَّهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَ مِنْ أَهْلِ الْإِسْلاَمِ لاَ تُعْبَدْ فِي الأَرْضِ
“Ya Alloh, penuhilah janji-Mu kepadaku. Ya Alloh, berikanlah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Alloh, jika Engkau membinasakan pasukan Islam ini, maka tidak akan ada yang beribadah kepada-Mu di muka bumi ini selamanya.” (HR. Muslim)
Dalam riwayat ini juga situasi bahwa Rosululloh dan terus bermunajat kepada Robbnya sampai selendang beliau jatuh dari pundak. Hingga Abu Bakar Rodiyallohu Anhu datang dan mengambil selendang tersebut kemudian meletakkan kembali ke pundak beliau. Lalu, Abu Bakar berusaha menghibur, “Wahai Nabi Alloh, sudah cukup engkau bermunajat kepada Robbmu dan Ia pasti akan memenuhi janji-Nya.”
Kemudian Rosululloh Sholallohu alaihi wa Sallam segera mengambil baju besi dan terjun ke medan tempur. Alloh Azza wa Jalla pun mengabulkan doa penuh kerendahan itu dengan menurunkan 5000 Malaikat-Nya. Alloh Azza wa Jalla berfirman yang artinya, “Sungguh Alloh telah menolong kalian dalam perang Badar, padahal kalian ketika itu orang-orang yang lemah. Karena itu, bertakwalah kepada Alloh, sampai kalian mensyukuri-Nya. Ingatlah ketika kamu menyampaikan kepada orang Mukmin: ‘apakah tidak cukup bagi kalian Alloh membantu kalian dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan dari langit?’ Ya cukup, jika kalian bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang kalian dengan seketika itu juga, niscaya Alloh menolong kalian dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda. ” (QS. Ali Imron: 123-125)
Cuplikan perang Badar ini, mengingatkan kita akan pentingnya iftiqor ilalloh (merasa butuh kepada Alloh Azza wa Jalla). Betapa dahsyatnya kekuatan Alloh Azza wa Jalla dan betapa lemahnya kekuatan manusia. Rasa ini harus selalu terjaga dalam hati, sehebat apapun daya yang kita miliki; dalam urusan rumah tangga, masalah ekonomi, hubungan sosial, dan dalam seluruh sisi kehidupan; kita butuh kepada Alloh Azza wa Jalla. Alloh Azza wa Jalla berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
“Wahai manusia, kalian lah yang faqir (butuh) kepada Alloh; dan Alloh lah Dzat Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (QS. Fathir: 15)
Alloh Azza wa Jalla tidak butuh kepada hamba-Nya
Ketika Alloh menciptakan manusia untuk lubang pada-Nya, bukan berarti Alloh Azza wa Jalla butuh untuk disembah. Ia tidak membutuhkan apapun amal ibadah dari kita, namun kitalah yang sebenarnya butuh kepada-Nya. Alloh Azza wa Jalla berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku (saja). Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Alloh Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz-Dzariat: 56-58)
Demikianlah, Alloh tidak butuh terhadap ibadah kita. Lalu untuk apa kita berlelah-lelah, menghabiskan banyak waktu untuk beramal dan tepat?
Karena kita butuh untuk itu. Alloh Azza wa Jalla berfirman,
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا
“Jika kamu berbuat baik, kebaikan itu bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri.” (QS. Al-Isro: 7)
Dalam hadits qudsi Alloh Azza wa Jalla berfirman yang artinya, “Wahai hamba-Ku, dan seluruh manusia dan jin dari yang paling awal sampai yang paling akhir, seluruhnya menjadi orang yang paling bertakwa, hal itu sedikitpun tidak mendukung kekuasaan-Ku. Wahai hamba-Ku, seluruh manusia dan jin dari yang paling awal sampai yang paling akhir, seluruhnya menjadi orang yang paling bermaksiat, hal itu sedikitpun tidak mengurangi kekuasaan-Ku. ” (HR. Muslim)
Alloh Azza wa Jalla lah tempat meminta segala sesuatu
Dalam kamus hidup seorang Mukmin, tidak ada yang namanya percaya diri, yang hanya percaya Alloh Azza wa Jalla. Bahkan seorang Rosul pernah berdoa, “Janganlah Engkau melakukan sandarkan diriku pada diriku sendiri, meski hanya sekejap mata.” (HR. Ahmad)
Abdulloh bin ‘Abbas Rodiyallohu anhu menceritakan, suatu hari saya berada di belakang Nabi Sholallohu alaihi wa sallam . Beliau Sholallohu alaihi wa sallam bersabda, “Hai nak, sebenarnya aku akan mengajarimu beberapa kalimat.
‘Jagalah Alloh niscaya Ia menjagamu, jagalah Alloh niscaya kamu menemui-Nya dihadapanmu, bila kamu meminta, mintalah pada Alloh dan bila kamu meminta pertolongan, mintalah kepada Alloh…’” (HR. At-Tirmidzi)
Selain melakukan ikhtiar dan tawakkal kepada Alloh l dalam beramal, kitapun dituntut untuk menyerahkan semua urusan kita kepada Alloh l dengan cara berdoa kepada-Nya l. Siapapun yang merasa cukup sehingga ia menjauhkan diri dari berdo’a kepada-Nya, maka hal ini merupakan suatu kesombongan. Dan ini merupakan kehinaan yang sangat besar. Jika menyombongkan diri dihadapan manusia saja tercela, apalagi menyombongkan diri di hadapan Alloh Azza wa Jalla. Alloh Azza wa Jalla berfirman,
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Dan Robbmu berfirman, ‘Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguh-Nya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadahah kepada-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.”’ (QS. Ghafir: 60)
Dalam sebuah Hadis Qudsi, dari Abu Dzar Al-Ghifari Rodiyallohu anhu dari Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam datang beliau meriwayatkan dari Robbnya Azza Wajalla bahwa Dia berfirman,
يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلاَّ مَنْ أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُوْنِي أَطْعِمْكُمْ، يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ عَارٍ إِلاَّ مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُوْنِي أَكْسُكُمْ
“Wahai hamba-Ku. Kalian semua kelaparan, kecuali orang yang Aku berikan makan. Maka mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku akan berikan. Wahai hamba-Ku. Kalian semua tidak berpakaian, kecuali yang Aku berikan pakaian. Maka mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya akan Aku berikan.” (HR. Muslim)
Oleh karena itu, mintalah segala sesuatu hanya kepada Alloh Azza wa Jalla dalam semua perkara apapun selama membawa tetap; baik dunia maupun akhirat. Mintalah kepada Alloh Azza wa Jalla meskipun itu untuk perkara yang sangat kecil dan remeh. Dari Anas bin Malik Rodiyallohu anhu, ia berkata, ‘Rosululloh Sholallohu alaihi wa salam bersabda,
لِيَسْأَلْ أَحَدُكُمْ رَبَّهُ حَاجَتَهُ حَتَّى يَسْأَلَهُ الْمِلْحَ وَحَتَّى يَسْأَلَهُ شِسْعَ نَعْلِهِ إِذَا انْقَطَعَ
“Hendaklah setiap kalian meminta kepada Robbnya semua kebutuhan, sampai-sampai ketika tali sandalnya lepas.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Hibban)