Masjid memiliki peran penting dalam sejarah perjuangan kaum muslimin. Ketika Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah, tempat yang pertama kali dibangun olehnya adalah masjid. Masjid bukan hanya sekedar tempat melaksanakan sholat berjamaah. Lebih dari itu, masjid adalah markaz dakwah dan tarbiyah, mengajak manusia beribadah kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, mendidik seorang muslim agar berkepribadian Islami, koordinasi dan konsolidasi di kalangan kaum muslimin menuju kejayaan Islam dan kaum Muslimin.
Makna Memakmurkan Masjid
Imam Ibnul Jauzi Rahimahullah berkata, “Yang dimaksud dengan memakmurkan masjid (dalam ayat di atas) ada dua pendapat; Pertama, Selalu mendatangi masjid dan berdiam di dalamnya (untuk beribadah kepada Alloh Ta’ala) dan Kedua, Membangun masjid serta memperbaikinya.” (Zaadul Masiir: 2/242)
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
إِنَّما يَعمُرُ مَساجِدَ اللَّهِ مَن آمَنَ بِاللَّهِ وَاليَومِ الآخِرِ وَأَقامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكاةَ وَلَم يَخشَ إِلَّا اللَّهَ فَعَسى أُولئِكَ أَن يَكونوا مِنَ المُهتَدينَ
“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Alloh ialah orang-orang yang beriman kepada Alloh dan hari kemudian, serta tetap mendirikan sholat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Alloh. Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. At-Taubah: 18)
Imam Al-Qurthubi Rahimahullah berkata, “Firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala ini merupakan dalil yang menunjukkan bahwa mempersaksikan orang-orang yang memakmurkan masjid dengan keimanan adalah (persaksian yang) benar, karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala mengaitkan keimanan dengan perbuatan (terpuji) ini dan mengabarkan tentanganya dengan menetapi perbuatan ini. Salah seorang ulama Salaf berkata: Jika engkau melihat seorang hamba (yang selalu) memakmurkan masjid maka berbaik sangkalah kepadanya.” (Tafsir Al-Qurthubi, 8/90)
Keutamaan Membangun Masjid
Dari Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu ‘anhu, Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ كَمَفْحَصِ قَطَاةٍ أَوْ أَصْغَرَ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ
“Siapa yang membangun masjid karena Alloh walaupun hanya selubang tempat burung bertelur atau lebih kecil, maka Alloh bangunkan baginya (rumah) seperti itu pula di surga.” (HR. Ibnu Majah. Al-Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shohih)
Ibnu Hajar Rahimahullah menyatakan, “Maksud dari “siapa yang membangun masjid” digunakan isim nakirah yang menunjukkan keumuman, sehingga maksud hadits adalah siapa yang membangun masjid besar maupun kecil. Dalam riwayat Tirmidzi bersumber dari sahabat Anas tertulis, kecil maupun besar.” (Al-Fath, 1/545)
Hadits tentang keutamaan membangun masjid juga disebutkan dari Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ بَنَى اللَّهُ لَهُ فِى الْجَنَّةِ مِثْلَهُ
“Siapa yang membangun masjid karena Alloh, maka Alloh akan membangun baginya semisal itu di surga.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
Imam An-Nawawi Rahimahullah, berkata, “Maksud akan dibangun baginya semisal itu di surga ada dua tafsiran:
Pertama, Alloh Subhanahu wa Ta’ala akan membangunkan semisal itu dengan bangunan yang disebut bait (rumah). Namun sifatnya dalam hal luasnya dan lainnya, tentu punya keutamaan tersendiri. Bangunan di surga tentu tidak pernah dilihat oleh mata, tak pernah didengar oleh telinga, dan tak pernah terbetik dalam hati akan indahnya.
Kedua, Keutamaan bangunan yang diperoleh di surga dibanding dengan rumah di surga lainnya adalah seperti keutamaan masjid di dunia dibanding dengan rumah-rumah di dunia.” (Syarh Shahih Muslim, 5: 14)
Cara Memakmurkan Masjid
Ada banyak cara untuk memakmurkan Masjid, diantaranya adalah:
Memperbanyak Sholat dan Dzikir
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
في بُيوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَن تُرفَعَ وَيُذكَرَ فيهَا اسمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فيها بِالغُدُوِّ وَالآصالِ
“Bertasbih kepada Alloh di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang.” (QS. An-Nur: 36)
Rajin Datang ke Masjid
Dari Abu Huroiroh Radhiyallahu ‘anhu, Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَن تَطَهَّرَ في بَيْتِهِ، ثُمَّ مَشى إلى بَيْتٍ مَن بُيُوتِ اللهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِن فَرائِضِ اللهِ، كانَتْ خَطْوَتاهُ إحْداهُما تَحُطُّ خَطِيئَةً، والأُخْرى تَرْفَعُ دَرَجَةً
“Barang siapa bersuci di rumahnya lalu dia berjalan menuju salah satu dari rumah Alloh (yaitu masjid) untuk menunaikan kewajiban yang telah Alloh wajibkan, maka salah satu langkah kakinya akan menghapuskan dosa dan langkah kaki lainnya akan meninggikan derajatnya.” (HR. Muslim)
Menjadikan Masjid Sebagai Rumah
Dari Abu Utsman, ia berkata, ‘Salman mengirim surat kepada Abu Darda’ Radhiyallahu ‘anhu, ‘Wahai saudaraku, “Jadikanlah masjid sebagai rumahmu”, karena aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
المَسْجِدُ بَيْتُ كُلِّ تَقِيٍّ وَقَدْ ضَمِنَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لِمَنْ كَاَنتِ الْمَسَاجِدُ بُيُوْتَهُ الرَّوْحَ وَالرَّحْمَةَ وَالْجَوَازَ عَلَى الصِّرَاطِ
“Masjid itu adalah rumah setiap orang yang bertakwa. Alloh ‘Azza Wa Jalla memberi jaminan kepada orang yang menganggap mesjid sebagai rumahnya, bahwa ia akan diberi ketenangan, rahmat dan kemampuan melintasi jembatan menuju ke surga.” (HR. Thobroni : 6020, Al-Mu’jam Al-Kabir Lith-Thobroni)
Membiasakan Anak-Anak Pergi ke Masjid
Buroidah mengatakan: Suatu saat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah, lalu datanglah Hasan dan Husain Radhiyallahu ‘anhuma yang memakai baju merah, keduanya berjalan tertatih-tatih dengan baju tersebut, maka beliau pun turun (dari mimbarnya) dan memotong khutbahnya, lalu beliau menggendong keduanya dan kembali ke mimbar, lalu bersabda,
صَدَقَ اللَّهُ إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ رَأَيْتُ هَذَيْنِ يَعْثُرَانِ فِي قَمِيصَيْهِمَا فَلَمْ أَصْبِرْ حَتَّى قَطَعْتُ كَلَامِي فَحَمَلْتُهُمَا
“Maha benar Alloh dalam firman-Nya: ‘Sungguh harta-harta dan anak-anak kalian itu adalah fitnah (cobaan)’, aku melihat kedua anak ini tertatih-tatih dengan bajunya, maka aku tidak sabar, hingga aku memotong khutbahku, lalu aku menggendong keduanya.” (HR. An-Nasai dan Ibnu Majah. Dan hadits ini dishohihkan oleh syeikh Al-Albani Rahimahullah)
Mengadakan Majelis Ilmu di Masjid
Membuat halaqoh ilmu di masjid seperti pembelajaran Al-Qur’an, akidah, fikih, ibadah, akhlak, adab, dan ilmu penting lainnya merupakan perkara yang dianjurkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, berdasarkan riwayat dari Abu Umamah Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يُعَلِّمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حَجَّتُهُ
“Siapa yang berangkat ke masjid yang ia inginkan hanyalah untuk belajar kebaikan atau mengajarkan kebaikan, ia akan mendapatkan pahala haji yang sempurna hajinya.” (HR. Thobroni dalam Al-Mu’jam Al-Kabir, 8:94. Syaikh Al-Albani dalam Shohih At-Targhib wa At-Tarhib, menyatakan bahwa hadits ini hasan shohih)