yashiruna.official@gmail.com

Menebar Sunnah Menuai Berkah

Hati memiliki peranan yang sangat sentral, karena keberadaannya di dalam diri seseorang dapat mempengaruhi baik dan buruknya seluruh amalan dalam kehidupan seorang Muslim. Sehingga, perkara hati merupakan perkara agung dan kedudukannya pun sangat mulia. Bahkan Alloh Subhanahu wa Ta’ala menurunkan kitab-kitabNya, mengutus para Rosul-Nya untuk memperbaiki hati, menyucikan hati, membersihkan dan memperindahnya. Demikianlah Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Robbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57)

Dalam ayat yang lain, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Sungguh Alloh telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Alloh mengutus di antara mereka seorang Rosul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Alloh, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (keda-tangan Nabi) itu, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Ali Imron: 164)

Karena itulah, ketika hati seseorang bersih, maka akan membawa dampak kepada kebaikan seluruh anggota tubuhnya, begitu sebaliknya ketika hati seseorang telah rusak, maka rusaklah seluruh anggota tubuhnya. Sebagaimana hal ini pernah diisyaratkan oleh Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

أَلاَ، وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ

“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh ini ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh anggota tubuhnya dan jika rusak, maka rusaklah seluruh anggota tubuhnya. Ketahuilah, ia adalah hati.” (HR. Al-Bukhori)

Kedudukan Hati bagi Seorang Hamba

Hati berfungsi sebagai wadah (tempat) untuk menampung ilmu pengetahuan; melalui hati, seseorang dapat mengenal Robbnya, dan dengannya pula ia dapat mengenal nama-nama Alloh dan sifat-sifat-Nya, serta dengan hati pulalah ia dapat menghayati ayat-ayat syar’iyah sebagaimana Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

أَفَلاَ يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْءَانَ أَمْ عَلَى قُلُوْبٍ أَقْفَالُهَآ

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24)

Dan dengan hati pulalah seseorang dapat merenungkan ayat-ayat kauniyah, yaitu ciptaan Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang ada di jagad raya ini dan yang ada di dalam jiwa. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya, ”Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.” (QS. Al-Hajj: 46)

Melalui ayat ini Alloh Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa yang menjadi sandaran di dalam mengambil pelajaran terhadap ayat-ayat kauniyah di jagat raya dan di jiwa adalah kecerdasan dan kesadaran hati.

Selain itu, hati juga menjadi penentu kebahagiaan seorang hamba dalam kehidupan dunia ini dan keselamatannya di akhirat kelak. Seseorang harus selalu menjaga kebersihan hatinya, agar hatinya selalu condong dan mempunyai ketergantungan hanya kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala sebagai satu-satunya Dzat yang selalu membolak-balikkan hati sesuai dengan kehendak-Nya. Bukan sebaliknya, dimana hatinya selalu condong kepada hawa nafsunya dan tipu daya setan. Karena itulah, Alloh Subhanahu wa Ta’ala menegaskan bahwa keselamatan di Hari Kiamat kelak sangat tergantung kepada keselamatan, kebersihan, dan kebaikan hatinya. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

يَوْمَ لاَيَنفَعُ مَالٌ وَلاَبَنُونَ إِلاَّ مَنْ أَتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ

“Di hari yang mana harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Alloh dengan hati yang bersih.” (QS. Asy-Syu’ara`: 88-89)

Dari Abu Huroiroh Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Alloh tidak melihat kepada jasadmu, dan tidak pula kepada bentukmu, akan tetapi Dia melihat kepada hati kamu, kemudian menunjuk ke dadanya dengan telunjuknya.” (HR. Muslim)

Pentingnya Menjaga Hati

Sungguh bahwa hati manusia itu sangat mudah berbolak-balik dari satu kondisi ke kondisi yang lainnya. Ada yang paginya dimudahkan oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala untuk melakukan ketaatan, namun ia tutup malamnya dengan kelalaian. Ada yang paginya tenggelam dalam maksiat, namun ia tutup malamnya dengan taubat. Ada yang dalam satu hari berbolak-balik antara taat dan maksiat sampai berkali-kali, hingga tinggal Alloh Subhanahu wa Ta’ala sajalah yang menentukan dalam akhir mana ia menutup harinya.

Diriwayatkan dari Miqdad bin Al-Aswad Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَقَلْبُ ابْنِ آدَمَ أَشَدُّ انْقِلَابًا مِنَ الْقِدْرِ إِذَا اجْتَمَعَتْ غَلْيًا

“Sungguh, hati anak Adam (manusia) itu sangat (mudah) berbolak-balik daripada bejana apabila ia telah penuh dalam keadaan mendidih.” (HR. Ahmad)

Kemudian Al-Miqdad Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Sesungguhnya orang yang beruntung (bahagia) itu adalah orang yang benar-benar terhindar dari berbagai fitnah (dosa).” Ia mengulangi ucapannya tiga kali, sambil memberikan isyarat bahwa sebab berbolak-balik dan berubahnya hati adalah dosa-dosa yang berdatangan menodai hati.

Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا يَسْتَقِيْمُ إِيْمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيْمَ قَلْبُهُ

“Iman seseorang tidak akan lurus (benar) sebelum hatinya lurus.” (HR. Ahmad)

Berdasarkan kondisi hati yang mudah berubah-ubah tersebut, maka menjaganya agar ia selalu istiqomah dalam Agama Islam dan ketaatan kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala serta agar ia terhindar dari hal-hal yang mengotorinya, menjadi perkara yang penting dan harus diperhatikan oleh setiap hamba.

Diantara hal yang dapat menyebabkan hati seseorang menjadi tenang dan bersih adalah:

1. Memperbanyak membaca Al-Qur`an dan Mentadabburinya

Al-Qur`an merupakan penawar yang ampuh dari penyakit syubhat dan nafsu syahwat yang keduanya merupakan inti penyakit hati seseorang. Di dalamnya terdapat penjelasan-penjelasan yang akurat yang membedakan yang haq dari yang batil, sehingga syubhat akan hilang, dan di dalamnya terdapat hikmah, nasihat yang baik, mengajak zuhud di dunia, dan menghimbau untuk lebih mengutamakan kehidupan akhirat, sehingga penyakit nafsu syahwat akan hilang. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَن كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ

“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.” (QS. Qaf: 37)

2. Selalu Mengingat Alloh Subhanahu wa Ta’ala dalam Kondisi Apapun

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ الله أَلاَبِذِكْر ِالله تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Alloh. Ingatlah, hanya dengan mengingati Alloh-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Rad: 28)

Dalam ayat yang lain, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Alloh, maka gemetarlah hati mereka, dan apa-bila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, maka bertambahlah iman mereka (karenanya), dan kepada Robb merekalah mereka bertawakal.” (QS. Al-Anfal: 2)

3. Memperbanyak Do’a

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, ‘Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a,

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ

“Wahai (Alloh) Yang Membolak-balikkan hati, kokohkanlah hatiku di atas agamamu.”

Aku (Anas) berkata, ‘Wahai Rosululloh, kami beriman kepadamu dan kepada apa yang datang darimu (yakni syari’at agama Islam ini). Apakah engkau mengkhawatirkan keadaan kami?” Beliau menjawab,

نَعَمْ، إِنَّ الْقُلُوْبَ بَيْنَ أَصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللهِ، يُقَلِّبُهَا كَيْفَ يَشَاءُ

“Ya, (karena) sesungguhnya hati-hati (seluruh umat manusia itu) berada diantara dua jari dari jari-jemari Alloh. Dia akan membolak-balikkannya sesuai kehendak-Nya.” (HR. At-Tirmidzi)

Yang dimaksud dengan “Muqollibul Qulub” adalah, ‘Yang membolak-balikkan hati hamba-hamba-Nya dari keadaan beriman menjadi kafir, atau sebaliknya.’ Karena itu, seorag Muslim hendaknya jangan pernah merasa aman terhadap dirinya sendiri dari berbagai kesesatan dan penyimpangan yang akan terjadi, meskipun saat ini dia masih dalam keadaan beriman. Mengapa begitu? Ya, kalau keadaan para Sahabat saja, sangat dikhawatirkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari penyimpangan dan kesesatan, apalagi terhadap orang-orang selain mereka. Tentu, sepantasnya lebih dikhawatirkan lagi.

Hadits ini menunjukkan pentingnya dan agungnya kedudukan doa ini karena keteguhan iman dalam hati seseorang itu, hanyalah karena taufiq dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Karena itu, mintalah hal itu kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sering berdoa dengan doa ini. Maka, kitapun memohon kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala keselamatan dari kesesatan dan penyimpangan.

Begitu pentingnya menjaga hati karena dari hati yang tentram, damai dan bersih akan melahirkan perilaku yang shalih baik secara individu maupun secara sosial. Dan hal-hal seperti inilah yang diinginkan oleh masyarakat agar terciptanya ketentraman kolektif untuk kepentingan bersama pula.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *