yashiruna.official@gmail.com

Menebar Sunnah Menuai Berkah

Pada edisi yang lalu, kita telah mengetahui perjalan nabi Sholallohu alaihi wa sallam dalam Isro’dan Mi’roj hingga beliau Sholallohu alaihi wa sallam bertemu dengan para Nabi Alaihimu Assalam, berikut ini lanjutan dari hadits yang kita bahas pekan lalu:

Perintah Kewajiban Sholat dalam Peristiwa Mi’roj

Ibnu Hazm berkata, ‘Anas bin Malik menyebutkan, ‘Nabi Sholallohu alaihi wa sallam bersabda,

“Kemudian Alloh Subhanahu Wa Ta’ala mewajibkan kepada ummatku sholat sebanyak lima puluh kali. Maka aku pergi membawa perintah itu hingga aku berjumpa dengan Musa, lalu ia bertanya, ‘Apa yang Alloh perintahkan buat umatmu?”

Aku jawab, ‘Sholat lima puluh kali.’

Lalu dia berkata, ‘Kembalilah kepada Robbmu, karena umatmu tidak akan sanggup!’

Maka aku kembali dan Alloh mengurangi setengahnya. Aku kemudian kembali menemui Musa dan aku katakan bahwa Alloh telah mengurangi setengahnya. Tapi ia berkata, ‘Kembalilah kepada Robbmu karena umatmu tidak akan sanggup.’

Aku lalu kembali menemui Alloh dan Alloh kemudian mengurangi setengahnya lagi.’ Kemudian aku kembali menemui Musa, ia lalu berkata, ‘Kembalilah kepada Robbmu, karena umatmu tetap tidak akan sanggup.’

Maka aku kembali menemui Alloh Azza wa jalla, lalu Alloh berfirman, ‘Lima ini adalah sebagai pengganti dari lima puluh. Tidak ada lagi perubahan keputusan di sisi-Ku!’

Maka aku kembali menemui Musa dan ia kembali berkata, ‘Kembailah kepada Robb-Mu!’

Aku katakan, ‘Aku malu kepada Robb-ku.’

Jibril lantas membawaku hingga sampai di Sidrotul Muntaha yang diselimuti dengan warna-warni yang aku tidak tahu benda apakah itu. Kemudian aku dimasukkan ke dalam surga, ternyata di dalamnya banyak kubah-kubah terbuat dari mutiara dan tanahnya dari minyak kesturi.” (HR. Al-Bukhori)

Kondisi Manusia Dalam Menyikapi Peristiwa Isro’ dan Mi’roj

Dari ‘Aisyah d, ia berkata,

“Ketika Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam Isro’ ke masjdil Aqsho, pagi harinya ia sampaikan kepada orang-orang. Lalu ada sebagian orang yang telah beriman menjadi murtad  padahal sebelumnya telah percaya dan membenarkannya.

Mereka segera menemui Abu Bakar dan bertanya, “Apakah engkau telah mendengar sahabatmu yang mengaku telah diperjalankan ke Baitul Maqdis malam tadi?”

Abu Bakar bertanya, “Benarkah ia mengatakan hal itu?”

Mereka mejawab, “Ya, benar.”

Kata Abu Bakar, “Jika ia yang mengatakan hal itu, pasti benar.”

Mereka berkata, “Kamu membenarkannya telah pergi malam tadi ke Baitul Maqdis kemudian sebelum subuh sudah tiba kembali?”

Kata Abu Bakar, “Sesungguhnya aku telah membenarkan yang lebih aneh dari itu, aku membenarkannya yang menerima berita dari langit, ketika pagi atau sore.”

Karena itulah beliau diberi gelar  Ash-Shiddiq (orang yang membenarkannya).” (As-Silsilah Ash-Shohihah oleh Al-Albani no.306)

Boleh disimpulkan bahwa peristiwa Isro’ dan Mi’roj ini merupakan penentram dan penghibur diri Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam. Sekaligus menjadi fitnah (ujian) bagi orang kafir yang makin bertambah keras penentangan dan pengingkarannya, juga bagi sebagian orang yang lemah imannya yang tergoncang dengan adanya peristiwa ini. Mereka pun kafir, dan tidak kembali lagi ke dalam Islam hingga mereka terbunuh.  (Musnad Ahmad: 1/349 dengan sanad yang dishohihkan oleh Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir: 3/15)

Pelajaran Lanjutan dari Peristiwa Isro’ dan Mi’roj

9. Perintah kewajiban sholat lima kali dalam sehari pada saat Mi’roj yang menunjukkan tingginya kedudukan sholat wajib tersebut.

10. Keistimewaan sholat dengan disyariatkannya melalui peristiwa Mi’roj menjelaskan tentang kedudukan sholat dalam Islam. Ia merupakan pilar dan rukun yang sangat penting dalam Islam. Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin Rohimallohu Ta’ala berkata, “Perhatikanlah bagaimana kewajiban sholat itu ditunda hingga pada malam itu. Ini adalah untuk menjelaskan betapa pentingnya sholat itu. Karena:

a. Diwajibkan langsung dari Alloh Ta’ala kepada Rosul Nya Sholallohu alaihi wa sallam tanpa perantara.

b. Diwajibkan pada malam yang sangat mulia bagi Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam.

c. Diwajibkan di tempat yang paling tinggi yang dapat dicapai oleh manusia.

d. Diwajibkan awalnya 50 waktu. Hal ini menunjukkan betapa sukanya Alloh terhadap sholat dan betapa besar perhatian-Nya terhadap sholat. Namun, kemudian diringankan jadi lima waktu yang dikerjakan tetapi pahalanya tetap lima puluh waktu.

11. Kasih sayang dan perhatian Nabi Musa Alaihi Salam terhadap ummat Islam.

12. Bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala adalah Dzat Yang Maha Tinggi, tinggi sifatnya dan tinggi Dzat-Nya. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berada di atas langit ketujuh, di atas ‘arsy-Nya, dan terpisah dari makhluk-Nya.

13. Banyaknya jumlah para malaikat dan tidak ada yang mengetahui jumlah mereka kecuali Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

14. Nabi Muhammad Sholallohu alaihi wa sallam juga adalah kalimur-Rohman (Orang yang diajak bicara langsung oleh Ar-Rahman).

15. Surga dan Neraka sudah ada sekarang, karena Nabi Sholallohu alaihi wa sallam telah memasuki keduanya ketika Mi’roj.

16. Orang-orang yang mendustakan Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam pada kisah Isro’ dan menganggapnya aneh, mereka lupa tentang sesuatu yang penting yang dikemukakan pada ayat Alloh berfirman, 

“Maha suci Dzat yang telah meng Isro’ kan hamba Nya.”

Alloh lah yang meng Isro’kan hamba-Nya, Rosul Sholallohu alaihi wa sallam tidak pernah mengatakan bahwa ia melakukan Isro’ atas kemauannya sendiri. Orang yang mengingkari Isro’ dan menganggap aneh sesungguhnya ia telah menyerang dan menyangkal kekuasaan Alloh Subhanahu wa Ta’ala bukan kekuasaan Rosul Sholallohu alaihi wa sallam.

17. Di antara hikmah Isro’ sebelum Mi’roj adalah keinginan untuk memperlihatkan kebenaran bagi para penentang yang ingin memadamkannya. Sebab, seandainya di Mi’roj kan terlebih dahulu dari Mekah ke langit, maka tidak ada peluang bagi para pembangkang untuk meminta penjelasan. Ketika beliau menceritakan bahwa beliau di Isro’ kan ke Baitul Maqdis, mereka pun menanyakan detilnya, karena mereka pernah melihatnya dan mereka mengetahui bahwa beliau belum pernah melihatnya.  Namun, ketika beliau menceritakan, terbuktilah kebenaran ceritanya tentang Isro’ nya ke Baitul Maqdis. Apabila cerita tersebut benar, maka benarlah semua cerita beliau. (Ibnu Hajar dalam Fathul Bari: 7/200-201

18. Sikap nabi Musa Alaihi Salam yang memberi nasihat kepada Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam dan umatnya ketika ia menawarkan agar beliau kembali meminta keringanan, dapat diambil pelajaran perlunya memberi nasihat kepada orang yang membutuhkan sekalipun tidak diminta. (Ibnu Hajar, Fathul Bari 7/217 )

Maroji’:

Fiqhus Sirah, Zaid bin Abdul Karim Az Zaid

Shohih Sirah Nabawiyah, Akram Dhiya’ Al-Umuri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *