yashiruna.official@gmail.com

Menebar Sunnah Menuai Berkah

KEUTAMAAN BULAN DZULHIJJAH DAN AMALAN-AMALANNYA

Diantara waktu yang paling utama untuk beribadah kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala adalah sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَالْفَجْرِ وَلَيَالٍ عَشْرٍ

“Demi waktu fajar. Dan demi malam yang sepuluh.” (QS. Al-Fajr: 1-2)

Ahli tafsir menjelaskan bahwa makna “malam yang sepuluh” dalam ayat diatas adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, dan Alloh Subhanahu wa Ta’ala bersumpah dengannya. Ini menunjukkan bahwa di dalamnya memiliki keutamaan yang besar. Al-Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menyebutkan dalam Tafsir beliau, “Sepuluh malam yang dimaksud dalam ayat ini adalah sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, Ibnu Zubair, Mujahid dan banyak lagi ulama dari kalangan Salaf dan Kholaf yang berpendapat demikian.” (Tafsir Ibnu Katsir: 8/390)

Dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma, ia berkata, ‘Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

مَا مِنْ أَيَّامٍ العَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ العَشْرِ ، فَقَالُوا : يَا رَسُولَ اللهِ ، وَلاَ الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : وَلاَ الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ ، إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ

“Tidaklah ada hari-hari yang lebih dicintai Alloh untuk beramal sholih melebihi sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah.” Sahabat bertanya, “Wahai Rosululloh, tidak pula jihad di jalan Alloh?” Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Tidak pula jihad di jalan Alloh, kecuali seseorang yang keluar berjihad bersama diri dan hartanya, lalu tidak ada yang kembali sedikitpun.” (HR. Al-Bukhori dan At-Tirmidzi)

Beberapa Amalan di Bulan Dzulhijjah

Pertama: Memperbanyak Amal Sholih

Disyari’atkan memperbanyak amal sholih secara umum pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

مَا مِنْ عَمَلٍ أَزْكَى عِنْدَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَلاَ أَعْظَمَ أَجْرًا مِنْ خَيْرٍ يَعْمَلُهُ فِي عَشْرِ الأَضْحَى

“Tidak ada satu amalan yang lebih suci di sisi Alloh ‘azza wa jalla dan lebih besar pahalanya dari satu kebaikan yang dilakukan seseorang pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah.” (HR. Ad-Darimi, Al-Baihaqi dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani)

Kedua: Haji dan Umroh

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata, ‘Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

الْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ

“Antara umroh sampai umroh berikutnya adalah penghapus dosa yang dilakukan antara keduanya, dan haji yang mabrur tidaklah ada balasannya kecuali surga.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)

Haji mabrur adalah ibadah haji yang dilandasi keikhlasan dalam mengerjakannya karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala, bukan karena ingin mendapatkan gelar atau panggilan “Haji”. Dan juga dalam pelaksanaannya mencontoh Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, serta Berusaha menjauhi perbuatan-perbuatan yang haram sebelum menunaikan ibadah haji, ketika menunaikannya maupun setelahnya.

Ketiga: Puasa Sunnah

Puasa yang disunnahkan adalah puasa sunnah secara umum pada 9 hari pertama di bulan Dzulhijjah, berdasarkan keumuman dalil tentang keutamaan amal sholih pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Adapun tanggal 10, 11, 12, 13 Dzulhijjah diharamkan berpuasa.

Dan juga terdapat dalil khusus disyari’atkannya berpuasa pada tanggal 9 Dzulhijjah (hari Arofah) bagi selain jama’ah haji. Dari Qotadah Radhiyallahu ‘Anhu ia berkata, ‘Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ

“…puasa Arofah (tanggal 9 Dzulhijjah) aku harapkan kepada Alloh dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang, dan puasa Asyura (tanggal 10 Muharram) aku harap kepada Alloh dapat menghapuskan dosa setahun lalu.” (HR. Muslim)

Keempat: Memperbanyak Tahlil, Takbir, Tahmid dan Dzikir-dzikir Lainnya yang Disyari’atkan

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَّعْلُومَاتٍ

“Dan hendaklah mereka menyebut nama Alloh pada hari-hari yang telah dimaklumi tersebut.” (QS. Al-Hajj: 28)

Dan juga firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala,

وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ

“Dan berdzikirlah dengan menyebut nama Alloh pada hari-hari yang telah ditentukan.” (QS. Al-Baqoroh: 203)

Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘Anhu berkata,

وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ أَيَّامُ الْعَشْرِ وَالأَيَّامُ الْمَعْدُودَاتُ أَيَّامُ التَّشْرِيقِ

“Berdzikirlah kepada Alloh pada hari-hari yang telah dimaklumi maksudnya adalah pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah, sedangkan hari-hari yang sudah ditentukan adalah hari-hari tasyriq (penyembelihan).” (HR. Al-Bukhori)

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhuma, bahwa beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللهِ وَلاَ أَحَبُّ إِلَيْهِ الْعَمَلُ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ الْعَشْرِ ، فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنَ التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ وَالتَّحْمِيدِ

“Tidaklah ada hari-hari yang lebih agung di sisi Alloh dan amal sholih yang lebih dicintai Alloh daripada sepuluh hari pertama Dzulhijjah, maka perbanyaklah ucapan tahlil, takbir dan tahmid.” (HR. Ahmad)

Hadits ini menunjukkan bahwa jumlah hari yang disunnahkan untuk memperbanyak dzikir adalah sebanyak 13 hari, yaitu 10 hari awal Dzulhijjah dan 3 hari Tasyriq.

Kelima: Sholat ‘Ied dan Berqurban

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

“Maka sholatlah hanya untuk Robb-mu dan berqurbanlah hanya untuk-Nya.” (QS. Al-Kautsar: 2)

Banyak ahli tafsir menjelaskan bahwa maksud sholat dan qurban dalam ayat di atas adalah sholat ‘iedul adha dan berqurban pada hari itu setelah melaksanakan sholat.

Dari Al-Baro’ bin ‘Azib Radhiyallahu ‘Anhu, Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam khutbahnya, “Barang siapa yang menyembelih qurban sebelum sholat, maka sembelihannya sebelum shalat, dan dia tidak dianggap melaksanakan qurban.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)

Keenam: Memperbanyak Do’a dan Dzikir pada hari Arofah (Terutama bagi Jama’ah Haji)

Disunnahkan bagi kaum muslimin secara umum, selain berpuasa pada hari Arofah, untuk lebih memperbanyak do’a dan dzikir pada hari Arofah. Terutama bagi jama’ah haji, sehingga pada hari Arofah tidak disyari’atkan bagi jama’ah haji untuk berpuasa agar mereka bisa lebih kuat untuk memperbanyak do’a dan dzikir kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

Dari Aisyah Radhiyallahu ‘Anha ia berkata, ‘sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ

“Tidaklah ada satu hari yang Alloh membebaskan hamba dari api neraka lebih banyak dari hari Arofah. Sesungguhnya Alloh mendekat, kemudian membanggakan hamba-hamba-Nya kepada para malaikat, seraya berfirman, apa yang mereka inginkan.” (HR. Muslim)

Dari Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bersabda “Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arofah. Dan sebaik-baik dzikir yang aku ucapkan dan juga diucapkan para nabi sebelumku adalah,

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

“Tidak ada yang berhak disembah selain Alloh yang satu saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya kekuasaan dan milik-Nya segala pujian, dan Dia Maha Mampu atas segala sesuatu.” (HR. At-Tirmidzi dan dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *