yashiruna.official@gmail.com

Menebar Sunnah Menuai Berkah

Menjaga lisan dengan berkata baik atau diam dari perkataan yang tidak baik atau sia-sia termasuk amalan yang agung dan diperintahkan dalam Islam. Adakalanya perkataan itu baik, sehingga diperintahkan untuk diucapkan. Dan adakalanya perkataan itu tidak baik dan sia-sia, sehingga diperintahkan untuk diam darinya. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

“Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).” (QS. Qof: 18)

Dalam ayat yang lain, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS. An-Nur: 24)

Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barang siapa yang beriman kepada Alloh dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Al-Bukhori dan Muslim)

Ibnu Hajar Rahimahullah menjelaskan, “Ini adalah sebuah ucapan ringkas yang padat makna; semua perkataan bisa berupa kebaikan, keburukan, atau salah satu di antara keduanya. Perkataan baik (boleh jadi) tergolong perkataan yang wajib atau sunnah untuk diucapkan. Karenanya, perkataan itu boleh diungkapkan sesuai dengan isinya. Segala perkataan yang berorientasi kepadanya (kepada hal wajib atau sunnah) termasuk dalam kategori perkataan baik. (Perkataan) yang tidak termasuk dalam kategori tersebut berarti tergolong perkataan jelek atau yang mengarah kepada kejelekan. Oleh karena itu, orang yang terseret masuk dalam lubangnya (perkataan jelek atau yang mengarah kepada kejelekan) hendaklah diam.” (Al-Fath, 10: 446)

Alloh Subhanahu wa Ta’ala Tidak Menyukai Perkataan yang Buruk

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا

“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Alloh, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.” (QS. An-Nisa’: 114)

Yang dimaksud dengan “bisikan-bisikan mereka” adalah ucapan (perkataan) manusia.

Alloh Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,

لَا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلَّا مَنْ ظُلِمَ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا عَلِيمًا

“Alloh tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya (dizalimi). Alloh itu Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nisa’: 148)

Maksudnya, Alloh Subhanahu wa Ta’ala tidak menyukai perkataan yang jelek, perkataan yang menyakiti (orang lain), kecuali bagi orang yang dizalimi. Bagi orang yang dizalimi, diperbolehkan untuk mendoakan jelek orang yang menzalimi, atau menyebutkan keburukan orang zalim tersebut.

Diam dari Perkataan Buruk, Kunci Keselamatan

Berdiam dari perkataan yang buruk itu adalah sebuah kebaikan dan keutamaan. Disebutkan dalam sebuah riwayat dari Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu ‘anhu  berkata, ‘Rosululloh n bersabda,

مَنْ صَمَتَ نَجَا

“Barang siapa yang diam niscya ia selamat.” (HR. At-Tirmidzi)

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani Rahimahullah berkata, “Sesungguhnya berbicara dengan lisan adalah pokok dalam menggapai setiap keiinginan, maka jika ia tidak berbicara dengannya kecuali kebaikan, niscaya ia akan selamat. (Fath Al-Bari, 11/310)

‘Ali bin Abi Tholib Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Dengan banyaknya diam, disitulah terdapat harga diri (wibawa).” (Rabi’ Al-Abrar, 1/124)

Beliau Radhiyallahu ‘anhu juga berkata, “Ibadah yang paling utama adalah diam dan menunggu jalan keluar.” (Al-Bayan wa At-Tabyiin, hal: 157)

Jangan Ganggu Orang Lain dengan Lisanmu

Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

إِنَّ أَكْثَرَ خَطَايَا ابْنِ آدَمَ فِيْ لِسَانِهِ

“Sesungguhnya kesalahan anak Adam yang paling banyak terletak pada lisannya.” (HR. Ibnu Abid Dunya dan Ath-Thabrani)

Diriwayatkan dalam hadits yang lain, dari Abu Musa Al-Asy’ari Radhiyallahu ‘anhu, beliau bertanya kepada Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rosululloh! Siapakah kaum muslimin yang paling baik?” Rosululloh n menjawab,

مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ، وَيَدِهِ

“Seorang muslim yang tidak mengganggu orang lain dengan lisan atau tangannya.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)

Mengganggu dengan lisan, bisa jadi dengan perkataan yang menyakitkan, atau mengejek dengan menjulurkan lidah dan yang lainnya. Dan disebutkan “tangan” dalam hadits di atas karena mayoritas gangguan kepada orang lain itu disebabkan oleh tangan. Sehingga hal ini tidak menafikkan gangguan melalui anggota tubuh yang lain, misalnya kaki atau yang lainnya.

Terjerumus Dalam Neraka Karena Satu Ucapan

Dalam Shohihain dari hadits Abu Huroiroh Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيْهَا يَزِلُّ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْـمَشْرِقِ وَالْـمَغْرِبِ

“Sesungguhnya seseorang mengucapkan kata-kata yang tidak ia teliti kebenarannya, ucapannya itu menyebabkannya tergelincir di neraka lebih jauh dari pada jauhnya antara timur dan barat.”

Juga diriwayatkan dari Abu Huroiroh Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللهِ لاَ يُلْقِي لَهَا بَالًا يَرْفَعُ اللهُ بِهَا دَرَجَاتٍ، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ

“Sesungguhnya seseorang mengatakan satu kalimat yang diridhai Alloh dan ia tidak menaruh perhatian terhadapnya, melainkan Alloh akan mengangkatnya beberapa derajat. Sesungguhnya seorang hamba mengatakan kalimat yang dimurkai Alloh dan ia tidak menaruh perhatian terhadapnya melainkan ia terjerumus dengan sebab kalimat itu ke Jahannam.” (HR. Al-Bukhori)

Hadits-hadits tersebut, memperingatkan kita bahwa bisa jadi ada seseorang yang mengucapkan satu kalimat, dan menurutnya ucapan itu adalah ucapan yang remeh. Namun dengan sebab kalimat itu, Alloh Subhanahu wa Ta’ala menjerumuskan dia ke dalam neraka. Hal itu karena ketika dia mengucapkan satu kalimat, tanpa dia pikirkan secara mendalam terlebih dahulu, atau dia membuat satu kalimat status atau komentar di media sosial, lalu kalimat itu berbuah penyesalan. Yaitu ketika kalimat itu menyakitkan orang lain, atau kelompok tertentu, dan sebagainya. Sehingga benarlah bahwa keselamatan itu dengan menjaga lisan dan tulisan.

Orang-orang Yahudi dilaknat Alloh Subhanahu wa Ta’ala disebabkan karena ucapa mereka terhadap sesuatu yang tidak mereka ketahui tentang Alloh Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana firman-Nya Subhanahu wa Ta’ala yang artinya, “Orang-orang Yahudi berkata: “Tangan Alloh terbelenggu”, sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Alloh terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan Alloh memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan dimuka bumi dan Alloh tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.” QS. Al-Maidah: 64)

Mahasuci Alloh dari segala kekurangan dan dari apa yang mereka sifatkan tentang Alloh sesuatu yang tidak tidak pantas bagi-Nya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *