yashiruna.official@gmail.com

Menebar Sunnah Menuai Berkah

Ar-Roghib Rahimahullah berkata, ‘Al-Barokah adalah menetapnya karunia ilahi pada sesuatu.’ (Mu’jam mufrodat Alfadzhil qur’anil karim: 41)

Sudah menjadi keharusan bagi setiap muslim untuk meminta kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala agar Dia berkenan memberikan keberkahan bagi dirinya baik dalam ilmu amal, waktu, harta, keluarga, anak-anak, dunia dan akherat. Karena itu, kita selalu berdo’a dan meminta orang lain mendo’akan kita agar segala sesuatu yang kita miliki dan yang kita upayakan memperoleh keberkahan dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Selain itu, hendaklah kita melakukan segala sebab yang bisa mendatangkan keberkahan tersebut.

Jika keberkahan itu berada pada suatu yang sedikit, maka Alloh Subhanahu wa Ta’ala akan menjadikannya banyak dan apabila berada pada suatu yang banyak maka dia akan menjadikannya bermanfaat, dan di antara buah keberkahan di dalam segala perkara adalah adalah memanafaatkannya di dalam ketaatan kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya,

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’rof: 96)

Masyarakat yang berkah adalah masyarakat yang jauh dari dosa-dosa dan maksiat. Apabila manusia, baik secara pribadi maupun kelompok atau masyarakat memperoleh keberkahan dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala, maka kehidupannya akan selalu berjalan dengan baik, rejeki yang diperolehnya cukup bahkan melimpah, sedangkan ilmu dan amalnya selalu memberi manfaat yang besar dalam kehidupan. Disilah letak pentingnya bagi kita memahami apa sebenarnya keberkahan itu agar kita bisa berusaha semaksimal mungkin untuk meraihnya.

BENTUK KEBERKAHAN

Secara umum, keberkahan yang diberikan Alloh Subhanahu wa Ta’ala kepada orang-orang yang beriman bisa kita bagi kedalam tiga bentuk:

Pertama: Keberkahan dalam Keturunan

Yakni dengan lahirnya generasi yang sholeh. Generasi yang sholeh adalah yang kuat imannya, luas ilmunya dan banyak amal sholehnya, ini merupakan sesuatu yang amat penting, apalagi terwujudnya generasi yang berkualitas memang dambaan setiap muslim.

Alloh Subhanahu wa Ta’ala menggambarkan kondisi ini dalam firman-Nya yang artinya, “Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua anak yatim di kota itu, dan dibawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang sholeh, maka Robbmu menghendaki agar mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rohmat dari Robbmu.” (Al-Kahfi: 82)

Menurut penjelasan para ulama tafsir, ayah yang dinyatakan dalam ayat ini sebagai ayah yang sholeh itu bukan ayah kandung dari kedua anak tersebut. Akan tetapi, orang tua itu ialah kakeknya yang ketujuh, yang semasa hidupnya berprofesi sebagai tukang tenun.

Ibnu Katsir Rahimahullah berkata, ‘Pada kisah ini terdapat dalil bahwa anak keturunan orang sholeh akan dijaga, dan keberkahan amal sholehnya akan meliputi mereka di dunia dan di akhirat. Ia akan memberi syafa’at kepada mereka, dan derajatnya akan diangkat ke tingkatan tertinggi, agar orang tua mereka menjadi senang, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an dan Sunnah’ (Tafsir Ibnu Katsir, 3/99)

Kedua: Keberkahan dalam Makanan

Yakni makanan yang halal dan thoyyib. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَكُلوا مِمّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلالًا طَيِّبًا وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذي أَنتُم بِهِ مُؤمِنونَ

“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang telah Alloh rizkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Alloh yang kamu beriman kepada-Nya.” (QS Al-Maidah: 88)

Karena itu, agar apa yang kita makan membawa keberkahan meskipun sudah halal dan thoyyib, maka makanan itu harus dimakan sesuai ketentuan yang diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dengan tidak berlebih-lebihan dalam makan maupun minum serta memenuhi adab-adabnya.

Dari Wahsyi bin Harb Radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya para Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Wahai Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sesungguhnya kita makan tapi tidak kenyang.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mungkin kalian makan dengan tidak berkumpul?” Mereka berkata, “Ya.” Beliau bersabda,

فَاجْتَمِعُوْا عَلَى طَعَامِكُمْ، فَاذْكُرُوْا اسْمَ اللهَ عَلَيْهِ، يُبَارَكْ لَكُمْ فِيْهِ

“Berkumpullah kalian ketika makan dan sebutlah Nama Alloh padanya, maka makanan kalian akan diberkahi.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan selainnya)

Dan di antara yang menunjukkan atas keberkahan dari berkumpul saat makan, adalah apa yang diriwayatkan dari Abu Huroiroh Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

طَعَامُ اْلإِثْنَيْنِ كَافِي الثَّلاَثَةَ، وَطَعَامُ الثَّلاَثَةَ كَافِي اْلأَرْبَعَةَ

“Makanan dua orang cukup untuk tiga dan makanan untuk tiga orang mencukupi untuk empat orang.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)

Ketiga: Keberkahan dalam Waktu

Waktu berkah adalah waktu yang memberikan kita nilai tambah dan mengantarkan kita menjadi semakin produktif dalam kebaikan, baik dalam bentuk mencari harta, memperluas ilmu maupun memperbanyak amalan sholeh. Karena itu, bagi orang yang diberkahi Alloh, dia mampu memanfaatkan waktunya semaksimal mungkin sehingga pencapaian sesuatu yang baik, ditempuh dengan penggunaan waktu yang efisien. Sudah begitu banyak manusia yang mengalami kerugian dalam hidup ini karena mereka tidak bisa memanfaatkan waktunya dengan baik, sementara salah satu karakteristik waktu adalah tidak akan bisa kembali lagi bila sudah berlalu, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya,

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-Ashr: 1-3)

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata, ‘Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

“Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya: kesehatan dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhori)

KUNCI KEBERKAHAN

Ada kunci-kunci keberkahan yang harus kita miliki dan usahakan dalam hidup ini. Diantaranya adalah:

1. Iman dan Taqwa Yang Benar

Di dalam ayat 96 surat Al-A’rof di atas telah disebutkan bahwa keberkahan hidup ada pada hamba-hambaNya yang beriman dan bertakwa, dan sekaligus menjadi penjelas bahwa orang yang kufur kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, niscaya tidak akan pernah merasakan keberkahan dalam hidup. Ia yakin dan menyadari bahwa rejeki apapun yang diperoleh merupakan karunia dan kemurahan Alloh Subhanahu wa Ta’ala, bukan semata-mata jerih payah atau kepandaiaannya, karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah menentukan kadar rejeki setiap manusia semenjak ia masih berada dalam kandungan ibunya.

2. Jujur dalam Muamalah

Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِى بَيْعِهِمَا، وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا

“Penjual dan pembeli berhak khiyar (meneruskan atau membatalkan jual-beli) selama belum berpisah. Jika keduanya jujur dan menjelaskan apa adanya maka akan diberikan keberkahan dalam jual-belinya, namun jika keduanya menyembunyikan keadaan sebenarnya dan berdusta, maka akan dicabut keberkahan jual-belinya.” (HR. Al-Bukhori)

3. Bekerja Saat Waktu Pagi

Diantara jalan untuk meraih keberkahan dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala ialah menanamkan semangat untuk hidup sehat dan produktif, serta menyingkirkan sifat malas sejauh-jauhnya. Termasuk waktu yang paling baik untuk memulai bekerja dan mengais rejeki ialah waktu pagi. Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memanjatkan do’a keberkahan,

اللَّهُمَّ باَرِكْ لِأُمَّتِيْ فِيْ بُكُوْرِهَا

“Ya Alloh, berkahilah untuk ummatku waktu pagi mereka.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa-i, Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)

Hikmah dikhususkannya waktu pagi dengan doa keberkahan, lantaran waktu pagi merupakan waktu dimulainya berbagai aktifitas manusia. Saat itu pula, seseorang merasakan semangat usai beristirahat di malam hari. Oleh karenanya, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendo’akan keberkahan pada waktu pagi ini agar seluruh umatnya memperoleh bagian dari doa tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *