yashiruna.official@gmail.com

Menebar Sunnah Menuai Berkah

PANDUAN HARI RAYA Idul Fitri

Idul Fitri merupakan salah satu hari besar umat Islam. Setelah berpuasa sebulan penuh, siang hari menahan diri dari makan, minum dan syahwat, malam hari menunaikan sholat tarawih berjama’ah, maka tibalah hari yang dinanti, Hari Raya Idul Fitri. Dari sisi bahasa, ‘ied artinya sesuatu yang kembali. Yaitu suatu hari yang akan selalu berulang kembali setiap tahun.

Kaum muslimin menyambut hari ini dengan suka cita. Setelah sebulan penuh jiwa dan fisiknya dilatih melalui ibadah puasa, maka sekarang tibalah masa pembuktian. Apakah latihan selama sebulan penuh itu berbuah ataukah tidak? Latihan jiwa yang ditempuh dalam bulan suci ini, diharapkan membekas pada diri; sehingga ketika keluar dari bulan Romadhan, kita berhak mendapat gelar muttaqin yang seperti diharapkan.

Melalui tulisan ini, kami mengajak segenap kaum muslimin agar melewati hari besar yang bahagia ini, yaitu dengan mengamalkan Sunnah Nabi n yang berkaitan dengan hari Raya Idul Fitri, diantaranya adalah:

1. Takbir Hari Raya Idul Fitri

Ketika kaum Muslimin telah selesai menjalankan ibadah puasa di bulan Romadhon, maka mereka disyariatkan untuk mengagungkan Alloh Subhanahu Wa Ta`ala dengan bertakbir sebagai bentuk rasa syukur kepada-Nya. Alloh Subhanahu Wa Ta`ala berfirman,

“…hendaklah kamu mencukupkan bilangannya (puasa) dan hendaklah kamu mengagungkan Alloh (bertakbir) atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu.” (QS. Al-Baqoroh: 185)

Takbiran pada saat idul fitri dimulai sejak maghrib malam tanggal 1 syawal sampai selesai sholat ‘id. Takbiran idul fitri dilakukan dimana saja dan kapan saja. Artinya tidak harus di masjid, dan angat dianjurkan untuk memeperbanyak takbir ketika menuju lapangan karena ini merupakan kebiasaan Nabi n dan para sahabat g.

Ibn Abi Syaibah meriwayatkan bahwa Nabi Sholallohu alaihi wa sallam keluar rumah menuju lapangan kemudian beliau bertakbir hingga tiba di lapangan. Beliau tetap bertakbir sampai sahalat selesai. Setelah menyelesaikan sholat, beliau menghentikan takbir. (HR. Ibn Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf)

2. Anjuran Sholat Id

Sholat hari raya Idul Fitri disyari’atkan berdasarkan dalil Al-Qur’an, As-Sunnah dan ijma’. Alloh Subhanahu Wa Ta`ala berfirman,

“Maka sholatlah hanya untuk Robb-mu dan berqurbanlah hanya untuk-Nya.” (QS. Al-Kautsar: 2)

Sebagian ulama ahli tafsir menjelaskan bahwa maksud sholat dalam ayat ini adalah sholat ‘Ied. (Ash-Shiyaamu fil Islam, hal. 619)

Sahabat yang mulia Ibnu Abbas Rodiyallohu anhu berkata,

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى يَوْمَ الفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ لَمْ يُصَلِّ قَبْلَهَا وَلاَ بَعْدَهَا

“Bahwa Nabi Rodiyallohu anhu sholat Idul Fitri dua rokaat, beliau tidak sholat apa pun sebelumnya dan setelahnya.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)

Mengenai Waktu Sholat Id Asy-Syaikh Ibn Al-‘Utsaimin Alaihimu ssallam berkata, “Waktu sholat ‘Ied dimulai dari naiknya matahari seukuran satu tombak sampai matahari tergelincir, hanya saja disunnahkan untuk menyegerekan sholat Idul Adha dan mengakhirkan sholat Idul Fitri.” (Majmu’ Fatawa wa Rosaail Ibnil ‘Utsaimin, 16/229)

Disunnahkan untuk sholat di lapangan, sebagaimana hadits Abu Sa’id Al-Khudri Rodiyallohu anhu, beliau berkata,

“Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam keluar di hari Idul Fitri dan Idul Adha menuju lapangan tempat sholat, maka yang pertama beliau lakukan adalah sholat, kemudian beliau bangkit lalu menghadap manusia dan mereka dalam keadaan duduk di shaf-shaf mereka, maka beliau menasihati, memberi wasiat dan memerintahkan mereka. Apabila beliau ingin memutuskan pengutusan sekelompok sahabat maka beliau memutuskannya, atau apabila beliau ingin memerintahkan sesuatu maka beliau memerintahkannya, kemudian beliau pergi.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)

Ringkasan Tata Cara Sholat Id

1. Berniat dalam hati.

2. Takbiratul Ihram seraya mengangkat tangan.

3. Membaca doa istiftah.

4. Bertakbir 7 kali, disebut takbir tambahan.

5. Membaca Al-Fatihah dan surat lain, disunnahkan membaca pada rokaat pertama surat Qof dan rokaat kedua surat Al-Qomar, atau rokaat pertama surat Al-A’la dan rokaat kedua surat Al-Ghosyiah.

6. Kemudian rukuk, i’tidal, sujud, duduk di antara dua sujud dan sujud yang kedua, sama seperti sholat yang lainnya.

7. Bangkit ke rokaat kedua seraya bertakbir.

8. Bertakbir 5 kali, selain takbir perpindahan dari sujud ke berdiri.

9. Membaca Al-Fatihah dan surat lain.

10. Kemudian rukuk, i’tidal, sujud, duduk di antara dua sujud, sujud yang kedua dan duduk tasyahhud akhir sampai salam, sama seperti sholat yang lainnya.

Beberapa Hukum Terkait Sholat Id

1. Sholat hari raya dua roka’at dan dilakukan sebelum khutbah.

2. Tidak ada adzan dan iqomah.

3. Tidak ada tahiyyatul masjid di lapangan dan tidak ada sholat sebelum dan sesudah sholat ‘ied di lapangan.

4. Dianjurkan bagi wanita dan anak-anak untuk ikut hadir walau tidak ikut sholat karena haid atau karena belum baligh.

5. Dianjurkan bagi makmum untuk datang lebih awal ke tempat sholat dan bertakbir sampai imam datang.

6. Hendaklah imam datang tepat di awal waktu sholat dan langsung memulai sholat.

7. Hendaklah imam berkhutbah setelah sholat.

8. Sholat ‘ied hanyalah disyari’atkan bagi orang-orang yang mukim, tidak bagi musafir, kecuali apabila musafir tinggal sementara di satu negeri yang diadakan padanya sholat ‘Ied hendaklah ikut sholat.

9. Apabila tidak memungkinkan untuk sholat ‘Ied di lapangan seperti karena hujan maka boleh sholat di masjid.

10. Apabila makmum masbuq dan mendapati imam masih di roka’at pertama namun telah selesai membaca takbir tambahan di roka’at pertama 7 kali, maka hendaklah makmum langsung mengikuti imam tanpa membaca takbir tambahan tersebut, karena hukumnya sunnah dan tempat membacanya sudah lewat, sama saja apakah terlewat keseluruhan takbir atau sebagiannya. Tetapi apabila makmum masbuq satu roka’at penuh maka hendaklah ia membaca takbir tambahan seluruhnya ketika mengqodho’ satu roka’at tersebut.

11. Hukum takbir tambahan adalah sunnah, siapa yang meninggalkannya karena lupa atau sengaja maka sholatnya sah, namun tidaklah patut ditinggalkan dengan sengaja.

12. Mendengar khutbah setelah sholat tidak wajib, boleh ditinggalkan apabila ada keperluan, namun bagi yang tetap mendengarkan wajib untuk diam dan mendengarkan khutbah.

13. Apabila hari ‘Ied di hari Jum’at maka hendaklah imam melaksanakan sholat ‘Ied dan sholat Jum’at, dan boleh bagi makmum yang sudah sholat ‘Ied untuk memilih apakah melakukan sholat Jum’at atau Zhuhur.

Sunnah-sunnah Pada Hari Raya Id

1. Mandi Sebelum Sholat Id

Disunnahkan bersuci dengan mandi untuk hari raya karena hari itu adalah tempat berkumpulnya manusia untuk sholat. Namun, apabila hanya berwudhu saja, itu pun sah.

Sa’id Ibnul Musayyib berkata,“Sunnah Idul Fithri itu ada tiga: berjalan kaki menuju ke musholla, makan sebelum keluar ke mushalla dan mandi.” (Diriwayatkan Al-Firyabi 127/1 dan 2, dengan isnad yang shohih, sebagaimana dalam ‘Irwaul Ghalil’ 2/104)

2. Memperindah (berhias) Diri pada Hari Raya

Ibnul Qoyyim Rodiyallohu anhu berkata, “Nabi Sholallohu alaihi wa sallam memakai pakaiannya yang paling bagus untuk keluar (melaksanakan sholat) pada hari Idul Fithri dan Idul Adha. Beliau memiliki perhiasan yang biasa dipakai pada dua hari raya itu dan pada hari Jum’at. Sekali waktu beliau memakai dua burdah (kain bergaris yang diselimutkan pada badan) yang berwarna hijau, dan terkadang mengenakan burdah berwarna merah, namun bukan merah murni sebagaimana yang disangka sebagian manusia, karena jika demikian bukan lagi namanya burdah. Tapi yang beliau kenakan adalah kain yang ada garis-garis merah seperti kain bergaris dari Yaman.” (Zadul Ma’ad: 1/441)

3. Makan Sebelum Berangkat Sholat Id

Disunnahkan makan  sebelum melaksanakan sholat  ‘Iedul Fitri. Hal ini berdasarkan hadits dari ‘Abdulloh bin Buraidah, dari ayahnya, ia berkata, “Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam biasa berangkat shalat ‘ied pada hari Idul Fithri dan sebelumnya beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan pada hari Idul Adha, beliau tidak makan lebih dulu kecuali setelah pulang dari shalat ‘ied baru beliau menyantap hasil qurbannya.” (HR. Ahmad. Syaikh Syu’aib  Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan)

4. Menyuruh wanita dan untuk berangkat shalat Id

Diriwayatkan dari Ummu Athiyah Rodiyallohu anha, beliau berkata,“Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk keluar pada hari Idul Fitri dan Idul Adha, baik ‘awatiq (wanita yang baru baligh), wanita haid, maupun gadis yang dipingit. Adapun wanita haid, mereka memisahkan diri dari tempat pelaksanaan shalat dan mereka menyaksikan kebaikan serta dakwah kaum muslimin. Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, salah seorang dari kami tidak memiliki jilbab.’ Beliau menanggapi, ‘Hendaklah saudarinya meminjamkan jilbab kepadanya.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)

5. Bertakbir ketika keluar hendak shalat Id

Dari Muhammad bin Muslim bin Syihab Az-Zuhri, “Bahwa Nabi Sholallohu alaihi wa sallam biasa keluar hendak sholat pada hari raya Idul Fithri sambil bertakbir sampai di lapangan dan sampai sholat hendak dilaksanakan. Ketika sholat hendak dilaksanakan, beliau berhenti dari bertakbir.” (Dikeluarkan dalam As-Silsilahh Ash-Shohihah no. 171)

Namun kalau kita lihat dari keumuman ayat Surat Al-Baqarah ayat 185 yang menunjukkan perintah bertakbir itu dimulai sejak bulan Ramadhan sudah berakhir, berarti takbir Idul Fithri dimulai dari malam Idul Fithri hingga imam datang untuk shalat ‘ied.

Takbir yang diucapkan sebagaimana dikeluarkan oleh Sa’id bin Manshur dan Ibnu Abi Syaibah, bahwasanya Ibnu Mas’ud bertakbir,

اللهُ  أَكْبَرُ اللهُ  أَكْبَرُ لَا إلهَ إِلَّا اللهُ  وَاللهُ  أَكْبَرُ اللهُ  أَكْبَرُ وَلِلهِ الْحَمْدُ

“Alloh Maha Besar, Alloh Maha Besar, tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Alloh dan Alloh Maha Besar. Alloh Maha Besar, segala puji bagi-Nya.”

6. Dianjurkan berjalan kaki sampai ke tempat shalat dan tidak memakai kendaraan kecuali jika ada hajat.

Dari Ibnu ‘Umar Rodiyallohu anhu, beliau mengatakan, ‘Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam biasa berangkat shalat ‘ied dengan berjalan kaki, begitu pula ketika pulang dengan berjalan kaki.’ (HR. Ibnu Majah. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)

7. Berbeda Jalan antara Pergi ke Tanah Lapang dan Pulang darinya

Disunnahkan mengambil jalan yang berbeda tatkala berangkat dan pulang, berdasarkan hadits dari Jabir z, beliau berkata,

كَانَ النَّبِىُّ ﷺ إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيقَ

“Rosululloh n membedakan jalan (saat berangkat dan pulang) saat iedul fitri.” (HR. Al-Bukhori)

Hikmahnya sangat banyak sekali di antaranya, agar dapat memberi salam pada orang yang ditemui di jalan, dapat membantu memenuhi kebutuhan orang yang ditemui di jalan, dan agar syiar-syiar Islam tampak di masyarakat.

8. Saling mengucapkan selamat (At-Tahniah)

Termasuk sunnah yang baik yang bisa dilakukan di hari Idul Fithri adalah saling mengucapkan selamat. Selamat di sini baiknya dalam bentuk doa seperti dengan ucapan “taqabbalallahu minna wa minkum” (semoga Alloh menerima amalan kami dan kalian). Ucapan seperti itu sudah dikenal di masa salaf dahulu.

Dari Jubair bin Nufair Sholallohu alaihi wa sallam, ia berkata, “Bahwa jika para sahabat Rosululloh n berjumpa dengan hari ‘ied (Idul Fithri atau Idul Adha), satu sama lain saling mengucapkan,

تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكَ

“Taqabbalallahu minna wa minka (Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian).” Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan. (Fath Al-Bari, 2: 446)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *