Nama Robi’ul Awal berasal dari dua kata, yakni Robi’ yang berarti musim semi, dan Awal yang berarti pertama. Robi’ul Awal adalah bulan di mana bermulanya musim semi bagi tanaman. Berdasarkan kebiasaan di Jazirah Arab, pada Robi’ul Awal buah-buahan mulai berbunga dan kemudian berbuah. Musim ini menjadi musim dimulainya tanam pertama menurut iklim negeri Arab.
Peristiwa Sejarah di Bulan Rabiul Awal
Pertama: Kelahiran Nabi Muhammad Sholallohu alaihi wa sallam
Pada hakikatnya para ahli sejarah berselisih pendapat dalam menentukan sejarah tanggal kelahiran Nabi Muhammad Sholallohu alaihi wa sallam. Pendapat yang paling masyhur, beliau dilahirkan pada hari senin di bulan Robi’ul Awal pada tahun Gajah.
Tentang hari kelahirannnya, Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Qotadah z, ia berkata, ‘Sesungguhnya Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam ditanya tentang puasa hari Senin, maka beliau menjawab,
ذَلِكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيْهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ اَوْ اٌنْزلَ عَلَيَّ فِيْهِ
“Hari Senin adalah hari lahirku, hari aku mulai diutus, atau hari mulai diturunkannya wahyu.” (HR. Muslim)
Sedangkan Ulama berbeda pendapat mengenai tanggal kelahiran beliau n. Ada yang mengatakan tanggal 2, ada yang mengatakan tanggal 8, ada yang mengatakan tanggal 9, ada yang mengatakan tanggal 10, ada yang mengatakan tanggal 12, ada yang mengatakan tanggal 17, dan ada yang mengatakan tanggal 22, semuanya pada bulan Robi’ul Awal.
Adapun tahun kelahiran beliau Sholallohu alaihi wa sallam, Ibnul Qayyim t berkata, “Nabi Sholallohu alaihi wa sallam di lahirkan pada tahun Gajah dan inilah yang terkenal di kalangan mayoritas ulama.” Ibrahim bin Al-Mundzir berkata, “Dan yang tidak diragukan oleh seorang pun dari ulama kita adalah beliau dilahirkan pada tahun Gajah, tahun 571 Miladiyah.” (Al-Bidayah wa An-Nihayah, 2/276, As-Siroh An-Nabawiyah hal. 6)
Kedua: Peristiwa Hijrah Ke Madinah
Bulan Robi’ul Awal juga merupakan bulan hijrahnya Rosululloh n ke Madinah. Di saat semua sahabat telah berhijrah ke Madinah, hanya tinggal Rosululloh n dan Abu Bakar z yang belum berangkat. Beliau menunggu perintah Alloh l, kapan waktu yang tepat untuk berangkat.
Dalam Siroh Nabawiyah karya Syekh Shofiyurrohman Mubarokfuri disebutkan, bahwa Nabi n mulai berhijrah meninggalkan Gua Tsur pada malam Senin 1 Robi’ul Awal tahun 1 Hijriyah. Nabi n kemudian sampai di Quba pada Senin, 8 Rabiul Awal, dan berdiam di sana selama empat hari. Kemudian, Nabi n memasuki Madinah pada 12 Robi’ul Awal.
Ketiga: Wafatnya Nabi Muhammad Sholallohu alaihi wa sallam
Sedangkan tentang angka tahun wafat Rosululloh n adalah pada bulan Juni tahun 632 M. Hari itu bertepatan dengan tanggal 12 Robi’ul Awal tahun 11 Hijrah. Ini adalah versi yang paling populer dari sejarah angka tahun wafatnya beliau n. (Ar-Rohiq Al-Makhtum, Syaikh Shofiyyurrohman Al-Mubarokfuri: 402-403)
Kasih Sayang Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam Kepada Umatnya
Kelahiran Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam adalah rahmat dari Alloh Azza wa Jalla. Sebelum diangkat menjadi Rosul, beliau telah memikirkan tentang umat manusia; mengapa mereka tersesat, mengapa mereka saling menindas, dan mengapa tatanan kehidupan masyarakat demikian jahiliyah.
Dan setelah beliau diangkat menjadi Rosul, sejak saat itu beliau senantiasa berjuang untuk menyelamatkan umatnya dari kejahiliyahan dan kesesatan yang bisa menjebloskan mereka masuk neraka.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya`: 107)
Al-Baghowi Rohimallohu Ta’ala mengatakan, ‘Ibnu Abbas Rodiyallohu anhu menjelaskan, ‘Hal ini (tentang keberadaan beliau sebagai rahmat) sifatnya umum, baik rahmat untuk orang yang beriman, maupun untuk orang yang tidak beriman. Barang siapa yang beriman maka beliau menjadi rahmat baginya di dunia dan akhirat. Adapun orang yang tidak beriman, maka beliau rahmat baginya di Dunia (saja) dalam bentuk diakhirkan adzab dari orang tersebut.” (Tafsir Al-Baghowi :196)
Alloh Subhanahu wa Ta’ala menggambarkan kecintaan dan kasih sayang Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam kepada umat dalam firman-Nya,
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Sungguh telah datang kepadamu seorang rosul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasih lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At-Taubah: 128)
Cinta Kita kepada Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam
Orang yang benar-benar mencintai Nabi Sholallohu alaihi wa sallam adalah orang yang menampakkan tanda-tanda tertentu pada dirinya. Di antara tanda-tanda kecintaannya kepada Nabi Sholallohu alaihi wa sallam adalah:
1. Mengikuti Nabi Sholallohu alaihi wa sallam, mengerjakan sunnahnya, mengikuti perkataan dan perbuatannya, menjalankan perintahnya, menjauhi larangannya, beradab dengan adabnya
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Alloh, ikutilah aku, niscaya Alloh mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imron: 31)
2. Lebih mendahulukan apa yang disyariatkan dan diperintahkan Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam daripada hawa nafsunya dan keinginannya sendiri
Alloh Azza wa Jalla berfirman yang artinya, “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 9)
3. Banyak Mengingat Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam Dengan Memperbanyak Membaca Sholawat
Sudahkah kita memperbanyak membaca sholawat kepada beliau? Sebab di antara tanda cinta adalah banyak menyebut nama kekasihnya. Dan sebaik-baik menyebut nama Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam adalah dengan bersholawat kepada beliau. Satu sholawat akan diganjar dengan sepuluh kebaikan, dihapuskan sepuluh dosa dan diangkat sepuluh derajat. Siapa yang paling banyak sholawatnya, dialah yang paling berhak mendapat syafaat Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam di akhirat kelak. Alloh Azza wa Jalla berfirman yang artinya,
“Sesungguhnya Alloh dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56)
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud Rodiyallohu anhu, bahwa Nabi Sholallohu alaihi wa sallam bersabda,
أَوْلَى النَّاسِ بِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً
“Orang yang paling berhak mendapatkan syafa’atku di hari kiamat adalah orang yang paling banyak bersholawat kepadaku.” (HR. Tirmidzi)
4. Mencintai Orang yang Dicintai Nabi Sholallohu alaihi wa sallam dan Membenci Orang yang Dibenci Nabi Sholallohu alaihi wa sallam
Diantara tanda kecintaan seseorang kepada Nabi Sholallohu alaihi wa sallam adalah mencintai orang yang dicintai Nabi Sholallohu alaihi wa sallam, baik dari keluarga maupun sahabatnya dan dari kalangan Muhajirin maupun Anshor. Memusuhi orang yang memusuhinya, dan membenci orang yang membencinya. Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam bersabda,
آيَةُ الإِيمَانِ حُبُّ الأَنْصَارِ، وَآيَةُ النِّفَاقِ بُغْضُ الأَنْصَارِ
“Diantara tanda-tanda iman adalah mencintai kaum Anshar dan di antara tanda-tanda munafik adalah membencinya.” (HR. Al-Bukhori)
Dalam riwayat lain, Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam bersabda,
الأَنْصَارُ لاَ يُحِبُّهُمْ إِلاَّ مُؤْمِنٌ، وَلاَ يُبْغِضُهُمْ إِلاَّ مُنَافِقٌ، فَمَنْ أَحَبَّهُمْ أَحَبَّهُ اللَّهُ، وَمَنْ أَبْغَضَهُمْ أَبْغَضَهُ اللَّهُ
“Anshor. Tidak ada yang mencintai mereka kecuali orang beriman, dan tidak ada yang membencinya kecuali orang munafik. Barang siapa mencintai Anshor, maka Alloh akan mencintainya. Dan barang siapa membenci Anshor, maka Alloh akan memurkainya.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)