yashiruna.official@gmail.com

Menebar Sunnah Menuai Berkah

Suatu hari, ketika Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam bersama dengan Mu’adz bin Jabal Rodiyallohu anhu, beliau memegang tangan Mu’adz Rodiyallohu anhu, lalu berkata,

يَا مُعَاذُ ! وَاللهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ

“Hai Muadz, demi Alloh, sesungguhnya aku mencintaimu,”

Setelah itu beliau mengajarkan satu do’a kepadanya, ‘Aku berpesan kepadamu, wahai Muadz: Jangan sampai kamu meninggalkan setiap selesai melaksanakan shalat supaya membaca,

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

“Ya Alloh, semoga Engkau memberi pertolongan kepada kami untuk bisa selalu ingat (dzikir) kepada-Mu, syukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu’.” (HR. Abu Dawud)

Do’a yang diajarkan Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam memberi beberapa diantaranya:

1. Pengakuan tentang kekurangan ibadah yang kita lakukan, sehingga kita terus menerus memohon kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala agar diberi hidayah memperbaiki ibadah,

2. Semangat untuk memperbaiki ibadah kita kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala baik pada aspek kuantitas maupun kualitasnya.

Ibadah, Tugas Hidup Kita

Manusia tidak diciptakan sia-sia, sebagaimana yang dikalamkan Alloh Subhanahu wa Ta’ala,

“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami?” (QS. Al-Mu’minun: 115)

Mereka diperintahkan untuk beribadah kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala,

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyaat: 56)

Imam Ibnu Katsir Rohimallohu Ta’ala menjelaskan,

‘Makna ayat tersebut, bahwa Alloh Tabaaraka wa Ta’ala telah menciptakan hamba-hamba-Nya dengan tujuan agar mereka beribadah hanya kepada-Nya semata, Rabb yang tiada sekutu bagi-Nya. Barangsiapa mentaati-Nya, maka Alloh akan memberikan baginya balasan yang sempurna dan baran gsiapa yang durhaka kepada-Nya, maka Alloh akan mengadzabnya dengan adzab yang sangat pedih. Dan Alloh l juga memberitahukan bahwa Dia tidak membutuhkan mereka sama sekali, tetapi merekalah yang sangat membutuhkan Alloh dalam segala keadaan. Dengan demikian, Alloh adalah Pencipta dan Pemberi rizki bagi hamba-hamba-Nya.’ (Tafsir al-Quran al-Azhim’ VII/39-40)

Jadi maksud dari beribadah kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala adalah mentauhidkan-Nya.

Makna Ibadah

Kata ibadah adalah bentuk dasar (isim masdar) dari kata ‘abada – ya’budu [عَبَدَ – يَعْبُدُ], yang secara bahasa artinya merendahkan diri dan ketundukan (al-khudhu’ wa tadzallul).

Ibnul Qayim Rohimallohu Ta’ala mengatakan,

‘Kecintaan disertai ketundukan, itulah ibadah, yang menjadi tujuan Alloh menciptakan makhluk. Karena hakekat ibadah adalah puncak kecintaan disertai mendahkan diri. Dan itu semua tidak layak diberikan kecuali untuk Alloh Subhanahu wa Ta’ala.’ (al-Fawaid, hlm. 183)

Ibnu Katsir Rohimallohu Ta’ala berkata,

‘Ibadah bermakna melaksanakan apa-apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa-apa yang dilarang. Itulah hakikat Dinul-Islam, karena makna Islam adalah berserah diri sepenuh hati kepada Alloh l, mencakup komitmen, kehinaan, dan ketundukan.’ (Fathul-Majid, 1/14)

Ikrar Seorang Muslim

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.” (QS. Al-Fatihah: 5)

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Alloh, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Alloh).” (QS. Al-An’am: 162-163)

Hak Alloh Subhanahu wa Ta’ala atas Hamba-Nya

Dari Mu’adz bin jabal berkata,

“Aku pernah membonceng di belakang Nabi n di atas seekor keledai yang diberi nama ‘Uqoir lalu Beliau bertanya: “Wahai Mu’adz, tahukah kamu apa hak Alloh atas para hamba-Nya dan apa hak para hamba atas Alloh?” Aku jawab : “Alloh dan Rosul-Nya yang lebih tahu”. Beliau bersabda : “Sesungguhnya hak Alloh atas para hamba-Nya adalah hendaklah beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun dan hak para hamba-Nya atas Alloh adalah seorang hamba tidak akan disiksa selama dia tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun”. Lalu aku berkata: “Wahai Rosululloh, apakah boleh aku menyampaikan kabar gembira ini kepada manusia?” Beliau menjawab: “Jangan kamu beritahukan mereka sebab nanti mereka akan berpasrah saja.” (HR. Al-Bukhori)

Gunakan waktumu untuk Beribadah

Dari  Ma’qil bin Yasar  Rodiyallohu anhu, dia berkata:  Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam bersabda,

يَقُولُ رَبُّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : يَا ابْنَ آدَمَ! تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِي، أَمْلأْ قَلْبَكَ غِنًى، وَأَمْلأْ يَدَيْكَ رِزْقًا. يَا ابْنَ آدَمَ! لا تَبَاعَدْ مِنِّي، فَأَمْلأْ قَلْبَكَ فَقْرًا، وَأَمْلأْ يَدَيْكَ شُغْلا

“Robb kalian Tabaaraka wa Ta’ala, telah berfirman, ‘Wahai anak Adam, gunakanlah waktumu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku akan memenuhi hatimu dengan rasa kecukupan dan memenuhi kedua tanganmu dengan rizki. Wahai anak Adam, janganlah engkau menjauh dari-Ku (karena apabila engkau melakukannya), niscaya Aku akan menjadikan hatimu penuh dengan kefakiran dan menjadikan kedua tanganmu penuh dengan kesibukan.” (HR Al-Hakim, beliau menshohihkannya dan disepakati oleh adz-Dzahabi dan dishohihkan Syaikh Albani dalam Silsilah Ahaadits as-Shohihah)

Menerima Islam sepenuh hati

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, 

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqoroh: 208)

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Alloh hanyalah Islam.” (QS. Ali Imron: 19)

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Barang siapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imron: 85)

Istiqomah dalam Beribadah kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala

Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَبَايِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوبِقُهَا

“Setiap hari semua orang melanjutkan perjalanan hidupnya, keluar mempertaruhkan dirinya, ada yang membebaskan dirinya dan adapula yang mencelakakannya.” (HR Muslim)

Ibnul-Qayyim Al-Jauziyah t berkata,

Merupakan hak Alloh Subhanahu wa Ta’ala atas hamba-Nya  di setiap waktu yang berlalu dalam hidupnya untuk menunaikan kewajiban ubudiyah yang ia persembahkan kepada Alloh dan untuk mendekat diri kepada-Nya. Jika seorang hamba mengisi waktunya dengan ibadah yang wajib ia lakukan, maka ia akan maju menuju Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Sebaliknya, jika ia isi dengan mengikuti hawa nafsu, bersantai ria atau menganggur, ia akan mundur. Seorang hamba kalau tidak melangkah maju, ia pasti bergerak mundur. Tidak ada yang berhenti di tengah jalan. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berkalam,

“(yaitu) bagi siapa di antaramu yang berkehendak akan maju atau mundur.” (QS. Al-Muddatstsir: 37) (Zhahirul-Irja’ fil-Fikril-Islami, 1/112)

Ibadah yang Tidak Khalish (Murni)

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Alloh, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Alloh (dengan sembahan-sembahan lain).” (QS. Yusuf: 106)

Ibadah berbekal Ilmu

Umar bin ‘Abdul ‘Aziz Rohimallohu Ta’ala berkata,

مَنْ عَبَدَ اللهَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ مَا يُفْسِدُ أَكْثَرَ مِمَّا يُصْلِحُ

“Barang siapa beribadah kepada Alloh tanpa didasari ilmu, maka kerusakan yang diperbuat lebih banyak daripada kebaikan yang diraih.” (Majmu’ Al-Fatawa, 2: 382)

Mu’adz bin Jabal  Rodiyallohu anhu berkata,

اَلْعِلْمُ إِمَامُ الْعَمَلِ وَالْعَمَلُ تَابِعُهُ

“Ilmu pemimpin amal, dan amal pengikut ilmu.” (Majmu’ Al-Fatawa, 28/136)

Buah Memperbaiki Ibadah

Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا أَحْسَنَ أَحَدُكُمْ إِسْلَامَهُ فَكُلُّ حَسَنَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ وَكُلُّ سَيِّئَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِمِثْلِهَا

“Jika salah seorang dari kalian telah memperindah Islamnya, maka setiap kebaikan yang diamalkannya akan dicatat baginya dengan sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus lipat. Dan setiap kejelekan yang ia kerjakan akan dicatat baginya satu kejelekan semisalnya.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *