Isti’adzah berasal dari kata عَوْذٌ yang maknanya adalah الالْتِجَاءُ yang artinya menuju kepada sesuatu untuk menghindar dari sesuatu yang ditakuti. Sedangkan beristi’adzah adalah seseorang berucap,
أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيطَانِ الرَّجِيمِ
“A’udzubillahi minasy syaithonir rojim.”
Makna Kata Isti’adzah
أَعُوذ (A’udzu): “Aku memohon perlindungan dan penjagaan.”
بِاللهِ (Billahi): “Kepada Robb segala sesuatu, yang Maha kuasa atas segala sesuatu, yang Maha mengetahui tentang segala sesuatunya, sesembahan bagi orang-orang yang pertama sampai yang terakhir.”
الشَّيطَانِ (Asy-Syaithon): “Iblis yang dilaknat oleh Alloh.”
Kata syaithon berasal dari شَطَنَ yang menunjukkan arti jauh, oleh karena itu dinamakan setan karena pembangkangan dan jauhnya dia dari kebenaran. (Ibnu Faris, Maqayis Al-Lughah, hal. 447)
Adapun setan secara istilah, Imam Ath-Thobariy Rahimahullah mengatakan, “Setan adalah segala sesuatu yang membangkan dari kalangan jin, manusia, binatang dan lainnya. Yang demikian itu Alloh berfirman: “demikianlah kami jadikan bagi setiap nabi musuh dari kalangan setan manusia dan setan jin”, (Al-An’am: 112) maka Alloh telah jadikan setan dari kalangan manusia sebagaimana telah dijadikan setan dari kalangan jin.” (Ath-Thobariy, Jami’ Al-Bayan, hal. 115, Jilid I)
الرَّجِيمِ (Ar-Rojim): “Yang dijauhkan dan dilaknat serta diusir dari seluruh bentuk kebaikan dan kasih sayang.”
Kata Ar-Rojim berasal dari رَجَمَ yang bermakna رَمَى melempar, baik melempar dengan perbuatan atau melontar dengan perkataan. Kenapa setan disifati Ar-Rojim, karena Alloh telah mengusirnya dan melemparinya dengan bintang. Ar-Rojim secara istilah bermakna اَلْمَلْعُوْنُ yang dilaknat dan اَلْمَشْتُوْمُ yang dicaci. (Ath-Thobariy, Jami’ Al-Bayan, hal. 116, Jilid I)
Isti’adzah Secara istilah
Ada beberapa istilah yang diungkapkan oleh para ulama tentang makna isti’adzah ini, antaranya:
Imam Ath-Thobariy Rahimahullah, beliau berkata, “Isti’adzah adalah memohon perlindungan, dan tafsirnya adalah aku memohon perlindungan kepada Alloh -dari selain-Nya yaitu seluruh makhluk-Nya- dari setan agar tidak mencelakakan aku akan agamaku dan memalingkan aku dari sesuatu hak yang diharuskan untuk Robbku.” (Jami’ Al-Bayan ‘An Ta’wil Ayi Al-Qur’an hal. 115, Jilid I)
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah, beliau berkata, “Makna isti’adzah adalah aku berlindung disisi Alloh dari setan yang terkutuk yang hendak mencelakakan dunia dan agamaku, atau hendak memalingkanku dari perbuatan yang telah diperintahkan, atau hendak menyuruhku untuk melakukan perbuatan yang dilarang, sesungguhnya tidak ada yang bisa mencegah setan untuk mengganggu manusia kecuali Alloh.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzhim hal. 114, Jilid I, Juz I)
Berberapa kondisi yang dianjurkan beristi’adzah
1. Saat hendak membaca Al-Qur’an
Bagi setiap orang yang akan membaca Al-Qur’an, disunnahkan untuk membaca ta’awudz “A’udzubillahi minasy syaithonir rojiim.” Berdasarkan firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala,
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Apabila kamu membaca Al-Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Alloh dari syaitan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl: 98)
2. Saat mendapat godaan setan
Berdasarkan firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala,
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan Maka berlindunglah kepada Alloh, sesungguhnya Dia maha mendengar dan maha mengetahui.” (QS. Al-A’rof: 200)
3. Saat terjadi was-was akan keyakinannya terhadap Alloh Subhanahu wa Ta’ala
Abu Huroiroh Radhiyallahu ‘anhu menuturkan, bahwa Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَأْتِي الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ مَنْ خَلَقَ كَذَا مَنْ خَلَقَ كَذَا حَتَّى يَقُولَ مَنْ خَلَقَ رَبَّكَ فَإِذَا بَلَغَهُ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ وَلْيَنْتَهِ
“Setan mendatangi salah seorang dari kalian, lalu bertanya, ‘Siapakah yang menciptakan ini? Siapakah yang menciptakan itu?’ Hingga dia bertanya, ‘Siapakah yang menciptakan Robb-mu?’ Oleh karena itu, jika telah sampai kepadanya hal tersebut, maka hendaklah dia berlindung kepada Allah dan hendaklah dia menghentikan (was-was tersebut).” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
4. Saat setan mengganggu dalam sholat
Setan mengganggu sholat seseorang sehingga bacaannya menjadi kacau. Dari Utsman bin Abil ‘Ash Radhiyallahu ‘anhu ia berkata, ‘Wahai Rosululloh, setan telah menghalangi antara aku dan sholatku serta mengacaukan bacaanku. Maka Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ذَاكَ شيطَانٌ يُقَالُ له خَنْزَبٌ، فَإِذَا أَحْسَسْتَهُ فَتَعَوَّذْ بِاللهِ مِنْهُ، وَاتْفِلْ علَى يَسَارِكَ ثَلَاثًا
“Itu adalah setan yang disebut dengan Khanzab. Jika engkau merasakan sesuatu (gangguan) maka bacalah ta’awwudz dan meniuplah ke kiri 3 kali.”
Utsman Radhiyallahu ‘anhu berkata, ‘aku pun melakukan itu, dan Alloh pun menghilangkan was-was setan dariku.’ (HR. Muslim)
5. Saat marah
Disunnahkan juga untuk dibaca oleh orang yang sedang marah, atau terbetik dalam pikirannya sesuatu yang buruk atau negatif.
Sulaiman bin Shurod Radhiyallahu ‘anhu berkata, ‘Pada suatu hari aku duduk bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang dua orang lelaki sedang saling mengeluarkan kata-kata kotor satu dan lainnya. Salah seorang daripadanya telah merah mukanya dan tegang pula urat lehernya. Lalu Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنِّي لَأَعْلَمُ كَلِمَةً لَوْ قَالَهَا ذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ، لَوْ قَالَ: أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ، ذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ
“Sesungguhnya aku tahu satu perkataan sekiranya dibaca tentu hilang rasa marahnya jika sekiranya ia mau membaca, ‘A’udzubillahi minas-syaiton’ (Aku berlindung kepada Alloh dari godaan setan), niscaya hilang kemarahan yang dialaminya.” (HR. Al-Bukhori)
Juga hadits dari Abu Huroiroh Radhiyallahu ‘anhu,
إِذَا غَضِبَ الرَّجُلُ فَقَالَ أَعُوْذُ بِاللهِ ، سَكَنَ غَضْبُهُ
“Jika seseorang dalam keadaan marah, lantas ia ucapkan, ‘A’udzu billah.” (Aku meminta perlindungan kepada Alloh)’, maka redamlah marahnya.” (Silsilah Al-Ahadits Ash-Shohihah, no. 1376)
6. Saat mimpi buruk
Dari Abu Qotadah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ وفي رواية الرُّؤْيَا الْحَسَنَةُ مِنَ اللَّهِ، وَالحُلْمُ مِنَ الشَّيْطَانِ، فَمَنْ رَأَى شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَنْفِثْ عَنْ شِمَالِهِ ثَلاَثًا وَلْيَتَعَوَّذْ مِنَ الشَّيْطَانِ، فَإِنَّهَا لاَ تَضُرُّهُ
“Mimpi yang baik (sholihah) –dalam riwayat lain, mimpi yang indah (hasanah)— itu berasal dari Alloh, dan mimpi buruk itu dari setan. Barang siapa yang bermimpi sesuatu yang tidak disukainya, hendaklah ia meludah ke sebelah kirinya tiga kali dan mintalah perlindungan kepada Alloh dari kejahatan setan, niscaya mimpi itu tidak akan membahayakannya.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
النَّفثُ نَفخٌ لطيفٌ لاريِقَ مَعَهُ
An-Naftsu adalah hembusan nafas yang halus tanpa disertai air ludah.
7. Saat singgah disebuah tempat
Diriwayatkan dari Sa’d bin Abi Waqqash Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, ‘Aku mendengar Khoulah binti Hakim Al-Salamiyah Radhiyallahu ‘anha berkata, ‘Aku mendengar Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ نَزَلَ مَنْزِلًا ثُمَّ قَالَ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْءٌ حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِكَ
“Siapa yang singgah di suatu tempat, lalu ia membaca: A’udzu Bikalimaatillaahit Taammaati min Syarri Maa Khalaq (Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang diciptakan-Nya) maka tak ada sesuatupun yang membahayakannya sehingga ia beranjak dari tempatnya tersebut.” (HR. Muslim)