yashiruna.official@gmail.com

Menebar Sunnah Menuai Berkah

Takaful adalah istilah yang berasal

dari bahasa Arab dari akar kata

kafalayang memilikiarti

menolong, memberi nafkah, mengambil

alih kesulitan seseorang. Dari sini, maka

Takaful adalah sifat yang meliputi

beberapa macam sifat, seperti; tolong

menolong, saling membantu, dan

bersama-sama menutup celah, yang

tergambar dengan memberikan

pertolongan, pemeliharaan dan bantuan,

hingga ditunaikan kebutuhan orang yang

sangat membutuhkan, menghilangkan

kesedihan yang berduka cita, dan

menambal luka orang yang sakit.

Sungguh, masyarakat yang kokoh

adalah masyarakat yang menjalankan

takaful secara merata. Sementara hari ini,

sungguh disayangkan, kita masih dapati

sebagian masyarakat yang egois dan

bakhil tertahan dari dalam, dimakan oleh

permusuhan dan sifat dengki sebelum

memerangi musuh.

Takaful di Masa Nabi

Pertama, Takaful Masyarakat

Qurays Mekkah

Pada peristiwa pemboikotan dan

pengepungan di Sy’ib (lembah), Bani

Hasyim, bahu membahu bersama

Rosululloh agar orang-orang Quraisy

tidak membunuhnya, dan mereka

meleburkan diri bersama Nabi n ke Syi’b

Abu Thalib. Mereka menulis pembokotan

itu dan menggantungnya di Ka’bah

hingga akhirnya sebagian pemuka

Quraisy bergerak mengingkari

pemboikotan terhadap Bani Hasyim di

Syi’ib Abu Thalib karena dorongan takaful

meskipun mereka masyarakat jahiliyyah.

Dan mereka tidak merasa tenang

sehingga mereka membatalkan lembaran

(perjanjian) yang zalim itu.

Sebagaimana Khadijah x, tatkala

beliau ingin meringankan rasa takut dari

Nabi n karena turunnya wahyu, ia

menjadikan sifat takaful yang beliau

dikenal dengannya sebelum kenabian

sebagai dalil logis bahwa Alloh k tidak

akan pernah menghinakannya, ia berkata,

“Sekali-kali tidak, demi Alloh, Alloh k tidakmanfaat duniawi?”, ia berkata: “Tidak, hanya

karena aku mencintainya karena Alloh”,

malaikat berkata: “Sungguh aku adalah

utusan Alloh kepadamu bahwasanya Alloh

telah mencintaimu seperti engkau mencintai si

fulan karena-Nya.” (HR. Muslim)

Dari Ibnu Umar , bahwasannya

ada seorang laki-laki yang mendatangi

Rosululloh. Ia berkata, “Wahai

Rosululloh, manusia apa yang paling dicintai

oleh Alloh? Dan amal apa yang paling dicintai

oleh Alloh ?” Nabi menjawab“Manusia yang paling dicintai oleh Alloh

adalah yang paling bermanfaat bagi manusia

lainnya, sedangkan amal yang paling dicintai

oleh Alloh adalah kebahagiaan yang engkau

diberikan kepada diri seorang muslim atau

engkau menghilangkan kesulitannya atau

engkau melunasi hutangnya atau membebaskannya

dari kelaparan. Dan sesungguhnya

(jika) aku berjalan bersama saudaraku untuk

menunaikan satu hajat atau keperluan lebih

aku sukai daripada aku beri’tikaf di masjid ini,

yaitu masjid Madiinah selama sebulan…” (Al-

Mu’jamul-Kabiir, 12/453 no. 13646, Al-Mu’jamul-

Ausath 6/139-140 no. 6026, dan Al-Mu’jamush-

Shaghiir (Ar-Raudlud-Daaniy) 2/106 no. 861

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *