Takaful adalah istilah yang berasal
dari bahasa Arab dari akar kata
kafalayang memilikiarti
menolong, memberi nafkah, mengambil
alih kesulitan seseorang. Dari sini, maka
Takaful adalah sifat yang meliputi
beberapa macam sifat, seperti; tolong
menolong, saling membantu, dan
bersama-sama menutup celah, yang
tergambar dengan memberikan
pertolongan, pemeliharaan dan bantuan,
hingga ditunaikan kebutuhan orang yang
sangat membutuhkan, menghilangkan
kesedihan yang berduka cita, dan
menambal luka orang yang sakit.
Sungguh, masyarakat yang kokoh
adalah masyarakat yang menjalankan
takaful secara merata. Sementara hari ini,
sungguh disayangkan, kita masih dapati
sebagian masyarakat yang egois dan
bakhil tertahan dari dalam, dimakan oleh
permusuhan dan sifat dengki sebelum
memerangi musuh.
Takaful di Masa Nabi
Pertama, Takaful Masyarakat
Qurays Mekkah
Pada peristiwa pemboikotan dan
pengepungan di Sy’ib (lembah), Bani
Hasyim, bahu membahu bersama
Rosululloh agar orang-orang Quraisy
tidak membunuhnya, dan mereka
meleburkan diri bersama Nabi n ke Syi’b
Abu Thalib. Mereka menulis pembokotan
itu dan menggantungnya di Ka’bah
hingga akhirnya sebagian pemuka
Quraisy bergerak mengingkari
pemboikotan terhadap Bani Hasyim di
Syi’ib Abu Thalib karena dorongan takaful
meskipun mereka masyarakat jahiliyyah.
Dan mereka tidak merasa tenang
sehingga mereka membatalkan lembaran
(perjanjian) yang zalim itu.
Sebagaimana Khadijah x, tatkala
beliau ingin meringankan rasa takut dari
Nabi n karena turunnya wahyu, ia
menjadikan sifat takaful yang beliau
dikenal dengannya sebelum kenabian
sebagai dalil logis bahwa Alloh k tidak
akan pernah menghinakannya, ia berkata,
“Sekali-kali tidak, demi Alloh, Alloh k tidakmanfaat duniawi?”, ia berkata: “Tidak, hanya
karena aku mencintainya karena Alloh”,
malaikat berkata: “Sungguh aku adalah
utusan Alloh kepadamu bahwasanya Alloh
telah mencintaimu seperti engkau mencintai si
fulan karena-Nya.” (HR. Muslim)
Dari Ibnu Umar , bahwasannya
ada seorang laki-laki yang mendatangi
Rosululloh. Ia berkata, “Wahai
Rosululloh, manusia apa yang paling dicintai
oleh Alloh? Dan amal apa yang paling dicintai
oleh Alloh ?” Nabi menjawab“Manusia yang paling dicintai oleh Alloh
adalah yang paling bermanfaat bagi manusia
lainnya, sedangkan amal yang paling dicintai
oleh Alloh adalah kebahagiaan yang engkau
diberikan kepada diri seorang muslim atau
engkau menghilangkan kesulitannya atau
engkau melunasi hutangnya atau membebaskannya
dari kelaparan. Dan sesungguhnya
(jika) aku berjalan bersama saudaraku untuk
menunaikan satu hajat atau keperluan lebih
aku sukai daripada aku beri’tikaf di masjid ini,
yaitu masjid Madiinah selama sebulan…” (Al-
Mu’jamul-Kabiir, 12/453 no. 13646, Al-Mu’jamul-
Ausath 6/139-140 no. 6026, dan Al-Mu’jamush-
Shaghiir (Ar-Raudlud-Daaniy) 2/106 no. 861