Seorang Mukmin dalam mengarungi kehidupan di dunia ini, akan senantiasa mengalami ritme naik dan turun dalam hal keimanan. Hal itu terjadi karena qolbu manusia cepat berbolak-balik, sebagaimana yang telah disifati oleh Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam dengan sabdanya,
إِنَّمَا الْقَلْبُ مِنْ تَقَلُّبِهِ إِنَّمَا مَثَلُ الْقَلْبِ كَمَثَلِ رِيْشَـةٍ مُعَلَّقَـةٍ فِي أَصْلِ شَجَرَةٍ يُقَلِّبُهَا الرِّيْحُ ظَهْرٍا لِبَطْنٍ
“Sungguh dia dinamakan qolbu (hati) karena perubahannya. Perumpamaan hati adalah seperti bulu yang tersangkut di pangkal pohon, kemudian angin menelungkupkan bagian atas menjadi bawahnya.” (HR. Ahmad)
Penyebab Utama Lemahnya Iman
Kelemahan iman itu adalah penyakit hati yang sangat berbahaya, karena apabila seseorang mengalami kelemahan iman, akan menjadikan dirinya mudah terjatuh dalam berbagai dosa dan maksiat, malas dalam beribadah, tidak ada kesungguhan dalam beribadah, bahkan tidak peduli akan luputnya musim-musim kebaikan serta waktu-waktu ibadah, merasakan kerasnya hati, tidak merasakan pengaruh yang baik ketika membaca Al-Qur’an, dan sebagainya. Diantara sebab lemahnya iman adalah:
Pertama; Tipu daya Setan dan Hawa Nafsu
Godaan terbesar yang menyebabkan lemahnya iman adalah bersumber dari setan yang selalu mengintai manusia untuk menjerumuskannya kedalam kebinasaan, serta hawa nafsu dan fitnah dunia. Menyibukkan diri dengan dunia dan perhiasannya termasuk sebab yang dapat mengurangi iman, karena semakin semangat manusia memiliki dunia dan semakin menginginkannya, maka semakin memberatkan dirinya berbuat ketaatan dan mencari kebahagian akhirat.
Kedua; Sifat Malas
Sebab lemahnya iman yang lainnya adalah karena malas melakukan ketaatan dan ibadah dan cenderung melalaikan. Jika pun melaksanakan, hanyalah sekadar aktivitas kosong tanpa ruh. Alloh Azza wa Jalla mendeskripsikan orang-orang munafik dengan firman-Nya yang artinya, “. . . dan apabila mereka berdiri untuk sholat mereka berdiri dengan malas.” (QS. An-Nisa: 142)
Demikian pula ketika terluput melakukan sholat sunnah rowatib atau meninggalkan wirid dari wirid-wiridnya, dia tidak berhasrat untuk mengganti apa yang telah terluput itu. Demikianlah, dia menjadi terbiasa melalaikan segala yang dianggapnya sunnah atau wajib kifayah, tidak respon untuk menghadiri resepsi kematian dan menyolatinya. Dia tidak menginginkan pahala dan tidak merasa butuh. Kontras dengan orang-orang yang telah Alloh Azza wa Jalla deskripsikan dalam firman-Nya yang artinya, “Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya: 90)
Ketiga; Lalai
Kelalaian dalam mengerjakan ibadah, juga menjadi sebab utama lemahnya iman. Pikirannya selalu melayang-layang saat melaksanakan sholat, membaca Al-Quran, membaca doa maupun ibadah lainnya. Tidak dapat mentadabburi dan merenungi makna-makna dzikir walaupun dirinya telah membiasakan diri dengan dzikir dan berdoa dengan doa-doa tertentu pada waktu yang telah ditentukan, tetap saja dia tidak dapat khusyu’ memahami makna-makna doa tersebut. Dalam hal ini, Alloh l berfirman dalam hadits qudsi,
لاَ يُقْبَلُ دُعَاءٌ مِنْ قَلبٍ غَافِلٍ
“. . . tidak diterima doa dari hati yang lalai lagi lengah.” (HR. At-Tirmidzi)
Terapi Lemahnya Iman
Seorang mukmin hatinya haruslah sensitif, menyadari penyakit yang menyusup dan faktor penyebabnya, untuk kemudian bersegera mengobatinya sebelum menjangkit dan membinasakannya. Diantara terapi yang bisa membantu sembuhnya kelemahan iman adalah:
Pertama; Mengingat Kejadian Akhirat
Al-Qur’an banyak menyebutkan tentang kejadian hari akhir seperti yang terdapat pada surat Qof, surat Al-Waqi’ah, Al-Qiyamah, Al-Mursalat, An-Naba, Al-Muthaffifîn dan At-Takwir. Demikian juga dalam kumpulan Hadits disebutkan dalam bab kiamat, padang mahsyar, surga dan neraka. Selain itu semua, perlu juga kita membaca buku-buku para ulama yang setema, seperti kitab Hadi Al-Arwah (petunjuk ruh) karya Ibnul Qayyim, An-Nihayah fi Al-Fitan (akhir dari ujian) karya Ibnu Katsir, At-Tadzkirah fi Ahwal Al-Mauta wa Umuril Âkhirah (pengingat peristiwa kematian dan perkara akhirat) karya Qurthubi, Al-Qiyamat Al-Kubra, Al-Janah wa An-Nar (Surga dan neraka) karya Umar Al-Asyqari dan yang lainnya. Tujuannya adalah untuk menambah keimanan, dengan mengetahui kejadian hari kiamat seperti kebangkitan, mahsyar (pengumpulan), syafa’at, penghitungan, pembalasan, qishosh, timbangan, telaga, darul qoror, surga dan neraka.
Kedua; Memperbanyak Mengingat Kematian
Mengingat kematian dapat mengerem kemaksiatan dan melunakkan hati yang keras. Dengan mengingatnya seseorang yang merasa sempit hidupnya akan merasa lapang dan yang merasa lapang hidupnya akan berasa sempit. Rosululloh n bersabda, “Perbanyaklah mengingat penghancur kelezatan yaitu kematian.” (HR. At-Tirmidzi)
Pengingat kematian terbesar adalah ziarah kubur. Karena itu Nabi n memerintahkan dengan sabdanya, “Dahulu aku melarang kalian dari ziarah kubur, tetapi sekarang ziarahilah, karena ia dapat melembutkan hati, meneteskan air mata dan mengingatkan akhirat. Namun janganlah berkata yang tidak pantas.” (HR. Al-Hakim)
Siapa yang banyak mengingat kematian dimuliakan dengan tiga perkara: disegerakan bertaubat, ketenangan hati dan giat beribadah. Dan siapa yang melupakan kematian mengakibatkan pada tiga perkara: menunda untuk bertaubat, tidak rida dengan kecukupannya dan malas untuk beribadah.
Yang juga dapat membekas dalam jiwa menyaksikan orang yang sekarat. Melihat mayat, menyaksikan orang yang meregang nyawa, nyawa yang tercabut dan membayangkan keadaan setelah kematiannya dapat memutus kenikmatan-kenikmatan dari jiwa, mencegah mata tertidur dan badan beristirahat, sehingga membangkitkannya untuk beramal dan menambah kesungguhan.
Ketiga; Menghadiri Majelis-majelis Taklim
Hal ini akan menambah keimanan dengan berbagai sebab, di antaranya adalah: di dalamnya seseorang berzikir kepada Alloh Azza wa Jalla, rahmat yang meliputi, turunnya ketenangan, para malaikat yang menaungi orang-orang yang berzikir, disebut oleh Alloh Azza wa Jalla di langit yang tertinggi, dibangga-banggakan kepada malaikat dan diampuni dosa-dosanya, sebagaimana yang disebuntukan dalam Hadits-Hadits shohih, di antaranya sabda Rosululloh n, “Tidaklah berkumpul suatu kaum berzikir kepada Alloh, melainkan malaikat menaungi mereka, rahmat meliputi, turun ketenangan dan Alloh menyebuntukan mereka kepada para malaikat yang ada di sisinya.”
Ibnu Hajar t berkata, “Disebut dzikrulloh maksudnya adalah kesenantiasaan melakukan amal yang diwajibkan Alloh Azza wa Jalla atau disukai, seperti membaca Al-Quran, membaca Al-Hadits dan mempelajari ilmu.”
Ketiga; Memperbanyak Melakukan Amal-amal Sholih
Amal-amal sholih yang kita lakukan, mempunyai atsar (dampak atau pengaruh) yang sangat kuat dan sangat besar dalam meningkatkan keimanan. Diriwayatkan dari Abu Huroiroh Rodiyallohu anhu, Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ صَائِمًا؟ قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ: أَنَا. قَالَ: فَمَنْ تَبِعَ الْيَوْمَ مِنْكُمْ جَنَازَةً؟ قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ: أَنَا. قَالَ: فَمَنْ أَطْعَمَ الْيَوْمَ مِنْكُمْ مِسْكِيْنًا؟ قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ: أَنَا. قَالَ: فَمَنْ عَادَ الْيَوْمَ مِنْكُمْ مَرِيْضًا؟ قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ: أَنَا. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا اجْتَمَعْنَ فِي امْرِىءٍ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Siapa diantara kalian yang pada pagi hari ini berpuasa? Abu Bakar menjawab, “Saya!” Rosululloh Sholallohu alaihi wa sallam bertanya lagi, “Siapakah diantara kalian yang pada hari ini mengiringi jenazah?” Abu Bakar menjawab, “Saya!” Rosululloh n bertanya lagi, “Siapakah diantara kalian yang pada hari ini memberi makan kepada orang miskin?” Abu Bakar menjawab, “Saya!” Rosululloh n bertanya lagi, “Siapa diantara kalian yang pada hari ini menjenguk orang yang sakit?” Abu Bakar menjawab, “Saya!” Lalu Rosululloh n bersabda, “Tidaklah perkara-perkara ini terkumpul pada diri seseorang, kecuali dia akan masuk surga.” (HR. Muslim)
Hadits yang mulia ini menunjukkan kepada kita beberapa pelajaran berharga, diantaranya:
- Menunjukkan semangatnya sahabat Nabi n yang mulia, Abu Bakar As-Shiddiq Rodiyallohu anhu dan para sahabat Nabi Sholallohu wa sallam dalam melakukan amal-amal sholih dan ketaatan kepada Alloh Azza wa Jalla. Maka sepantasnya bagi kita untuk mencontoh semangat mereka dalam melakukan berbagai ibadah dan amal-amal sholih.
- Bahwa melakukan berbagai amal sholih atau ketaatan kepada Alloh Azza wa Jalla itu, akan semakin menambah dan meningkatkan iman kita. Sehingga, iman seseorang itu terkadang bisa menjadi tinggi dan besar, seperti gunung yang kokoh, karena biasanya, salah satu amal sholih yang kita lakukan, akan mendorong untuk melakukan amal-amal sholih yang lainnya.
- Hal itu juga menunjukkan, bahwa amal-amal sholih yang kita lakukan, bisa menjadi salah satu sebab dimasukkannya kita ke dalam surga, setelah adanya rahmat Alloh Azza wa Jalla terhadap kita.