yashiruna.official@gmail.com

Menebar Sunnah Menuai Berkah

Sholat berjama’ah disyari’atkan dalam Islam. Anjuran untuk mengerjakan sholat berjamaah di masjid bagi kaum laki-laki adalah berdasarkan firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala,

وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ

“Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.” (QS. Al-Baqoroh: 43)

Dalam ayat ini terdapat petunjuk agar mengikuti sholat berjama’ah bersama kaum muslimin dan pergi ke masjid. Jumhur ulama meyatakan bahwa sholat berjamaah di masjid hukumnya sunnah mu’akkadah karena dalam menjalankannya terdapat banyak maslahat dunia dan akhirat. (Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir: hal. 9)

Keutamaan Sholat Berjamaah

Dalam rangka memotivasi kaum muslimin untuk memakmurkan masjid, Alloh Subhanahu wa Ta’ala memberikan banyak janji dan keutamaan bagi orang yang menghadiri sholat jamaah. Di antaranya:

Pertama; Alloh Subhanahu wa Ta’ala menjamin bagi orang-orang yang mendatangi masjid dengan kegembiraan, rahmat, dan kemudahan melintasi shiroth

Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

الْمَسْجِدُ بَيْتُ كُلِّ تَقِيٍّ، وَقَدْ ضَمِنَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لِمَنْ كَانَ الْمَسَاجِدُ بُيُوتَهُ الرَّوْحَ، وَالرَّحْمَةَ، وَالْجَوَازَ عَلَى الصِّرَاطِ

“Masjid adalah rumah bagi setiap orang yang bertakwa. Dan Alloh menjamin orang-orang yang menjadikan masjid sebagai rumahnya dengan kegembiraan, rahmat, dan kemudahan melintasi shiroth.” (HR. Thobroni dan Al-Bazar)

Kedua; Sholat jamaah merupakan salah satu sebab diampuninya dosa

Dalil hal tersebut adalah sabda Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَنْ تَوَضَّأَ لِلصَّلَاةِ فَأَسْبَغَ الْوُضُوءَ، ثُمَّ مَشَى إِلَى الصَّلَاةِ الْمَكْتُوبَةِ، فَصَلَّاهَا مَعَ النَّاسِ أَوْ مَعَ الْجَمَاعَةِ أَوْ فِي الْمَسْجِدِ غَفَرَ اللهُ لَهُ ذُنُوبَهُ

“Barang siapa yang berwudhu untuk sholat dengan menyempurnakan wudhu, kemudian berjalan untuk menunaikan sholat wajib, dan sholat bersama manusia atau bersama jamaah atau di masjid, maka Alloh akan mengampuni dosanya.” (HR. Muslim)

Ketiga; Sholat jamaah dilipat gandakan pahalanya 27 derajat

Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صَلاَةُ الجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلاَةَ الفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً

“Sholat jamaah lebih utama dua puluh tujuh derajat dibandingkan sholat sendirian.” (HR. Al-Bukhori)

Keempat; Bertepatan dengan pencatatan amal oleh para Malaikat pada waktu Subuh dan Ashar

Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَتَعَاقَبُونَ فِيكُمْ مَلاَئِكَةٌ بِاللَّيْلِ وَمَلاَئِكَةٌ بِالنَّهَارِ، وَيَجْتَمِعُونَ فِي صَلاَةِ الفَجْرِ وَصَلاَةِ العَصْرِ، ثُمَّ يَعْرُجُ الَّذِينَ بَاتُوا فِيكُمْ، فَيَسْأَلُهُمْ وَهُوَ أَعْلَمُ بِهِمْ: كَيْفَ تَرَكْتُمْ عِبَادِي؟ فَيَقُولُونَ: تَرَكْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ، وَأَتَيْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ

“Malaikat saling bergiliran bersama kalian, yaitu malaikat di waktu malam dan siang. Mereka berkumpul ketika sholat subuh dan sholat ashar. Malaikat yang bersama kalian di waktu malam kemudian naik, dan ditanya oleh Rabb mereka, padahal Dia lebih tahu, ’Bagaimana keadaan hamba-Ku pada waktu kalian tinggalkan?’ Para malaikat menjawab, ’Kami meninggalkan mereka dalam keadaan sholat, dan kami mendatangi mereka dalam keadaan sholat.’” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)

Hukum Sholat Berjamaah

Karena pentingnya sholat berjamaah ini, sejumlah Ulama diantaranya; Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah -dalam salah satu pendapat beliau- dan Ibnul Qoyyim, mereka berpendapat wajibnya melaksanakan sholat fardhu berjamaah di mesjid dan sholatnya tidak sah tanpa berjamaah di mesjid, kecuali ada udzur. Dan ini juga pendapat yang dipilih mazhab zohiriyah dan dirajihkan oleh Ibnu Hazm.

Diantara udzur yang membolehkan seseorang untuk meninggalkan sholat berjamaah adalah; sakit, bepergian (safar), hujan lebat, cuaca sangat dingin dan udzur lainnya yang dijelaskan syariat. Hal ini berdasarkan beberapa dalil, diantarnya sabda Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَنْ سَمِعَ النِّدَاءَ فَلَمْ يَأْتِهِ فَلَا صَلَاةَ لَهُ إِلَّا مِنْ عُذْرٍ

“Barang siapa yang mendengar adzan tapi tidak mendatanginya, maka tidak ada sholat baginya kecuali karena udzur.” (HR. Ibnu Majah, Ad-Daruquthni, Ibnu Hibban dan Al-Hakim)

Adapun dalam madzhab Syafi’i, sholat berjamaah hukumnya adalah Fardhu Kifayah dan lebih utama dilakukan di masjid. Imam An-Nawawi dalam Al-Majmu Syarh Al-Muhadzab menyatakan bahwa sholat berjamaah itu fardhu kifayah dalam madzhab Syafi’i, sebagian ulama Syafi’iyah menyatakan sunnah muakkad,

وَالصَّحِيْحُ أَنَّهَا فَرْضُ كِفَايَةٍ، وَهُوَ الَّذِي نَصَّ عَلَيْهِ الشَّافِعِي فِي كِتَابِهِ “الإِمَامَةُ” كَمَا ذَكَرَهُ الْمُصَنِّفُ، وَهُوَ قَوْلُ شَيْخَي الْمَذْهَبِ: ابْنُ سُرَيْجٍ وَأَبِي إِسْحَاقَ وَجُمْهُوْرُ أَصْحَابِنَا الْمُتَقَدِّمِيْنَ، وَصَحَّحَّهُ أَكْثَرُ الْمُصَنِّفِيْنَ، وَهُوَ الَّذِي تَقْتَضِيْهِ الْأَحَادِيْثُ الصَّحِيْحَةُ

‘Pendapat yang shohih adalah fardu kifayah. Pendapat ini berdasarkan nash Imam Syafi’i dalam kitabnya ‘Al-Imamah’ seperti disebut oleh mushannif. Ini pendapat guru mazhab yaitu Ibnu Syuraih dan Abu Ishaq dan mayoritas ulama Syafi’i yang awal dan dishohihkan oleh kebanyakan ulama. Ini yang dipahami dari beberapa hadis sahih.’

Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai hukum sholat berjamaah ini, maka bagi setiap muslim laki-laki hendaknya selalu menjaga sholat fardhunya untuk mengerjakannya secara berjamaah di masjid agar terhindar dari sifat kemunafikan yang dicela Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan rosul-Nya. Karena pada zaman Sahabat, hanya orang munafik sajalah yang meninggalkan sholat berjamaah. Apabila tiba waktu subuh dan Isya’, merekapun enggan untuk hadir sholat berjamaah di masjid karena gelapnya keadaan pada kedua waktu tersebut, berbeda dengan sholat yang dilakukan di siang hari, merekapun turut berjamaah karena riya’.

Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman tentang mereka itu yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Alloh, dan Alloh akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk sholat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan sholat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut nama Alloh kecuali sedikit sekali.” (QS. An-Nisa: 142)

Dari Abu Huroiroh Radhiyallahu ‘anhu, Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ أَثْقَلَ صَلاَةٍ عَلَى الْمُنَافِقِينَ صَلاَةُ الْعِشَاءِ وَصَلاَةُ الْفَجْرِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sesungguhnya sholat yang paling berat bagi orang munafik adalah sholat Isya dan sholat Shubuh. Seandainya mereka tahu keutamaan yang ada dalam kedua sholat tersebut, tentu mereka akan mendatanginya walau dengan merangkak.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)

Tempat sholat terbaik bagi kaum wanita

Sholat berjamaah di masjid bagi wanita dibolehkan berdasarkan riwayat dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لا تَمْنَعُوا نِسَاءَكُمْ الْمَسَاجِدَ وَبُيُوتُهُنَّ خَيْرٌ لَهُنَّ

“Janganlah kalian (wali-wali/suami-suami para wanita) untuk mencegah wanita-wanita kalian mendatangi masjid dan rumah-rumah mereka lebih baik untuk kalian.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Akan tetapi ada syarat-syarat dibolehkannya bagi seorang wanita yang pergi ke masjid, yaitu:

Pertama; Tidak boleh bertabarruj (berhias, berwangi-wangian)

Kedua; Menghindari hal-hal yang membangkitkan syahwat seperti menggunakan pakaian yang bisa membuat laki-laki tertarik.

Ketiga; Aman dari fitnah.

Ummu Humaid Radhiyallahu ‘anha menuturkan bahwasanya ia pernah datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, “Wahai Rosululloh! Sesungguhnya aku senang sholat (berjamaah) bersamamu.” Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

قَدْ عَلِمْتُ أَنَّكِ تُحِبِّيْنَ الصَّلَاةَ مَعِيْ ، وصَلَاتُكِ فِيْ بَيْتِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلَاتِكِ فِيْ حُجْرَتِكِ، وَ صَلَاتُكِ فِيْ حُجْرَتِكِ خَيْرٌ مِنْ صَلَاتِكِ فِيْ دَارِكِ، وَ صَلَاتُكِ فِيْ دَارِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلَاتِكِ فِيْ مَسْجِدِ قَوْمِكِ ، وَ صَلَاتُكِ فِيْ مَسْجِدِ قَوْمِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلَاتِكِ فِيْ مَسْجِدِيْ

“Aku tahu kamu senang sholat bersamaku, akan tetapi sholatmu di tempat tidurmu lebih baik daripada sholatmu di kamarmu, sholatmu di kamarmu lebih baik daripada sholatmu di rumahmu dan sholatmu di rumahmu lebih baik daripada sholatmu di masjid kaummu, dan sholatmu di masjid kaummu lebih baik dari sholatmu di mesjidku.” (HR. Ahmad dan Ibnu Khuzaimah)

Sikap ini menggambarkan kepada kita sebuah akhlak yang mulia dari seorang shahabiyat dalam melaksanakan petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuknya, yaitu menunaikan sholat di rumah karena hal ini adalah yang lebih afdhol baginya. Wallohu A’lam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *